Friday, 9 March 2018

SEBUAH KONSEP DAN PEMAHAMAN TENTANG KERAJAAN SERIBU TAHUN (MILLENIUM)


BAB I PENDAHULUAN 
Banyak aliran yang mengajarkan tentang akhir dari sejarah. Dalam hal ini yang dimaksud adalah masa ”seribu tahun” yang disebut dengan ”milenium”. Sepanjang sejarah manusia selalu berusaha untuk memberikan penafsiran tentang hal ini. Sebagai orang Kristen kita dipanggil untuk memahami konsep milenium tersebut dengan benar, hal mana sangat menentukan bagaimana kita hidup di dalamnya. 

 BAB II KONSEP KERAJAAN SERIBU TAHUN (MILLENIUM)
 A. Keadaan Pada masa sebelum kerajaan seribu tahun Perbedaan pendapat yang utama dalam teologi gereja ialah berkenaan dengan pertanyaan apakah ada pemerintahan Kristus selama seribu tahun sesudah kedatanganNya yang kedua. Baik pandangan pascamilianisme maupun amilealisme berpengan pada pandangan bahwa pengenapan masa seribu tahun terjadi sebelum kedatanganNya yang kedua, dengan amileanisme sedikit banyak menyingkari penggenapan secara harafiah. Oleh karena itu hal ini perlu dipelajari dengan saksama untuk melihat kontribusinya, dan apakah ini mengajarkan kerajaan dibumi dimana Kristus Akan menjadi raja atas segala raja dan Tuhan atas segala Tuan sesudah kedatanganNya yang kedua. Akan terlihat bahwa peristiwa-peristiwa dalam wahyu 19:11; 20:15 secara kronologis disajikan dengan logis sesudah kedatangan yang kedua sebagaimana akibat terjadi sesudah sebab. Tidak ada hal dalam hal yang menunjukkan adanya interupsi tentang konsekuensi alami dari kedatangan yang kedua itu. Pasal 20, bersama-sama dengan pasal 19 menjadi 2 pasal yang paling penting dalam kitab suci mengenai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dimasa depan. Khususnya Wahyu 20, berbicara tentang pertanyaan apakah ada masa seribu tahun dibumi sesudah kedatangan kristus yang kedua. Wahyu 20:1-3. Yohanes mencatat apa yang dilihatnya berkenaan dengan diikatnya Iblis. Yohanes melihat seorang Malaikat turun dari Surga memegang anak kunci jurang maut, yaitu rumah alami bagi iblis dan malaikat-malaikan yang telah jatuh. Ketika ia memperhatikan, ia melihat naga atau iblis diikat dengan rantai besar dan dilemparkan kedalam jurang maut, dan tutup dimeteraikan dan dikunci dengan satu pernyataan bahwa tidak akan dibuka sebelum seribu tahun kemudian. Sementara Yohanes dapat melihat bahwa iblis itu diikat dan dilemparkan ke dalam jurang maut agar iblis tidak lagi dapat aktif, sebagai tambahan dari apa yang dilihatnya, ia juga mendengar penjelasan bahwa pengikatan iblis ini akan berlaku selama seribu tahun dan bahwa maksudnya ialah untuk menjaga iblis supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-banngsa. Jelas bahwa peristiwa-peristiwa ayat 1-3 bersifat kronologis dan pendukung sepenuhnya penafsiran pramilenialisme. Bagaian ini menjelaskan bahwa iblis tidak hanya dihambat, sebagimana yang diajarkan oleh beberapa orang, tetapi benar-benar tidak aktif selama masa seribu tahun itu. Sebaliknya Perjanjian Baru mengajarkan bahwa iblis masih benar-benar hidup pada masa sekarang ini. Dalam Kisah 5:3 Ananias dan Safira dinyatakan dipenuhi iblis dan dimotofasi olehnya dengan berdusta tentang hasil penjualan tanahnya. Dalam II Kor. 4:3, 4 dinyatakan bahwa ioblis sangat aktif dalam membutakan mata orang yang mendengar Injil sehingga mereka tidak akan melihat dan memahaminya. Menurut Efesus 2:2, orang-orang yang tidak selamat, bekerja dalam kuasa iblis. Dalam I Tes.2:18 iblis mengambarkan menahan Paulus dalam keinginannya untuk datang ke Tesalonika. II Tim. 2:26, orang-orang yang tidak selamat dinyatakan akan dibawa sebagai tawanan dan hanya dapat diselamatkan oleh kasih karunia Allah. Ayat yang palling tegas terdapat dalam I Pet. 5:8, “sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singan yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” 

B. Situasi atau keadaan pada masa kerajaan seribu tahun Kerajaan seribu tahun yang akan berlangsung sebelum peristiwa-peristiwa yang akan membawanya ke puncak, digambarkan secara panjang lebar dalam banyak bagian dalam Kitab Suci. Walaupun angka 1000 yang pasti tidak disebutkan kecuali dalam Wahyu 20, tetapi kenyataan bahwa kerajaan itu berumur panjang dengan jelas dikatakan dalam bagian-bagian membuat (Yes.2:2-4; 11:4-9; Mzm.72). Menurut Perjanjian Lama, Yerusalem akan menjadi ibu kota kerajaan seribu tahun itu (Yes.2:3). Perang akan berhenti ayat 4. Kerajaan seribu tahun itu, akan ditandai dengan kebenaran, damai sejatera, dan ketenangan dan akan datang keadilan bagi orang yanng tertindas ( Yes. 11:3-5). Bahkan binatang buaspun menjadi jinak ayat 6-9. Yesaya menyimpulkan pemikiran itu dalam ayat 9, “tidak akan ada yang berbuat jahat atau yang berlaku busuk seluru gunungKu yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya,” seperti yang dinyatakan dalam Yesaya 11:11-16; Yer. 23:3,4, 8; 30:3-9; 31:3-14. Seperti halnya dengan mazmur-mazmur lain, mazmur 72 memberi gambaran cemerlang mengenai masa seribu tahun yang akan datang. Masa depan itu digambarkan sebagai makmur, pemerintahanya adil, dan kedamaiannya yang melimpah dijanjikan selama bulan masih bersinar. Semua raja akan tunduk dihadapan Kristus, dan pemerintahannya meliputi dari ujung laut ke ujung laut lainnya. Bumi akan dipenuhi dengan kemuliaan Allah. Keinginan bangsa-bangsa untuk perdamainan, keadilan, pengetahuan akan Tuhan, keadilan ekonomi, dan kelepasan dari iblis akan mendapatkan pengenapan nubuatnya. Faktor-faktor masa seribu tahun termasuk kekuasaan Kristus yang mutlak, akan mencakup pemrintahan yang benar dan lingkungan yang ideal dibumi. Dalam hal ini, pemerintahan Kristus sebagai Adam yanng terakhir menggantikan apa yang direncanakan Allah bagi Adam yang ditempatkan untuk bertanggung jawab atas taman Eden. C. Persitiwa atau situasi menjelang akhir masa Seribu tahun Wahyu 20:11-15. Selanjutnya Yohanes mencatat perubahan pandangan dan memperkenalkan Wahyu mengenai takhta putih yang besar dan hukuman atas orang-orang mati yang jahat. Ia menulis “ lalu aku melihat suatu takha putih yang besar dan Dia, yang duduk diatasnya. Dari hadapannya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan tempatnya” ayat 11. Walaupun kata “takha” kurang lebih muncul sebanyak 30x dalam kitab Wahyu, tetapi ini adalah rujukan kepada satu takha yang berbeda dengan yang pernah disebutkan sebelumnya, dan sesuai dengan hal itu takha itu disebut “suatu takha putih yang besar.” Tidak seperti tahkta sebelumnya dibumi dan disurga, tahkta ini digambarkan berada diangkasa dan diduduki oleh Kristus sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan dalam Yohanes 5:22-23, “Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruh kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barang siapa tidak menghormati Anak, dia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”. Sama seperti pengadilan Kristus yang berlangsung disurga sebelum masa seribu tahun, pengadilan ini tidak berlangsung dibumi, melainkan diangksa. Kenyataan bahwa bumi dan langit dan lenyap dari hadirat Dia yang duduk diatas takhta, itu sesuai dengan Wahyu 21:1 dimana ada langit baru dan bumi baru. Sementara Yohanes memperhatikan, ia melihat pengadilan yang besar sedang berlangsung, “aku melihat oranng-orang mati, bessar dan kecil, berdiri didepan tahkta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang telah tertulis dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada didalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada didalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkan kedalam lautan api. Itulah kematian yang kedua; lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan kedalam lautan api itu” (Wahyu20:12-15). Kitab kehidupan meliputi semua nama yang benar-benar selamat. Gambaran mengenai kebangkitan ini menunjukkan bahwa itu adalah kebangkitan universal dari semua yang masih ada dalam kubur, yaitu orang-orang yang tidak benar. Secar khusus disebutkan juga bahwa laut menyerahkan orang-orang mati yang ada dalamnya, karena mayat yang tenggelam dalam laut terlepas anggota-anggota tubuhnya dan berserakan kemana-mana. Hal ini tidak menjadi masalah bagi Allah yang maha kuasa, dan tubuh mereka akan dibangkitkan dari kematiaan di laut. Dikatakan juga bahwa “ kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada dalamnya” ayat 13, dan mereka yanng berada dalam kerajaan maut (Hades) akan dilemparkan kedalam lautan api. Dalam kitab suci harus dibedakan antara Hades (kerajaan maut), yaitu tempat yangmati antara kematian dan kebangkitan, dan lautan api, yaitu tujuan akhir dari orang yang tidak selamat. Kebangkitang orang jahat dibedakan dengan kebangkitan orang yang benar dalam hal itu ada pahala atau pujian kebenaran pada mereka. Sama seperti orang benar, mereka yang diberi tubuh yang tidak dapat hancur. Tetapi orang benar menerima tubuh yang kudus dan cocok untuk berada dihadirat Allah, sedangkan orang jahat menerima tubuh yang tidak dapat hancur dan cocok untuk hukuman kekal. Saat itu mereka tetap jahat dan masih memberontak melawan Allah. Dalam kitab suci sangat jelas bahwa orang yang tidak tercantum dalam kitab kehidupan, akan dilemparkan kedalam lautan api.

BAB III PANDANGAN DAN ARGUMENT TENTANG KERAJAAN SERIBU TAHUN (MILLENIUM) 
 Empat pandangan utama tentang “millennium” Secara garis besar ada empat pandangan mengenai konsep tentang milenium. Keempat pandangan itu adalah: 1. Premilenialisme Anthony Hoekema dalam bukunya Alkitab dan Akhir Zaman membagi pandangan ini ke dalam dua aliran yaitu: 1) Premilienialisme Historis Menurut pandangan ini kedatangan Kristus yang kedua kali akan terjadi sebelum berdirinya kerajaan seribu tahun (milenium). Kedatangan Kristus yang kedua kali tersebut akan didahului oleh penginjilan kepada bangsa-bangsa, masa kesusahan, murtad atau pemberontakan hebat dan munculnya satu pribadi anti-Kristus. Gereja harus melewati seluruh kesusahan akhir ini. Ketika Kristus datang kembali, orang-orang percaya yang telah mati akan dibangkitkan, orang-orang percaya yang masih hidup akan diubahkan dan dimuliakan. Setelah itu kedua kelompok orang percaya ini akan diangkat bersama-sama untuk bertemu dengan Tuhan di awan-awan. Setelah mereka berjumpa dengan Kristus orang-orang percaya ini akan mendampingi Kristus turun ke bumi. Setelah Kristus turun ke bumi, anti-Kristus akan binasa dan pemerintahannya akan diakhiri, sementara itu sejumlah besar orang Yahudi akan bertobat, percaya kepada Kristus sebagai Mesias dan diselamatkan. Pertobatan orang-orang Yahudi ini akan menjadi berkat besar bagi dunia. Setelah itu barulah Kristus menegakkan kerajaan-Nya di bumi selama seribu tahun secara fisik bersama orang-orang percaya yang terdiri dari orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa lain yang tidak percaya kepada Kristus akan tunduk di bawah pemerintahan-Nya. Kejahatan sangat dibatasi pada jaman ini (minimum crisis) dan kebenaran akan menguasai seluruh bumi seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Menjelang akhir milenium itu iblis yang selama ini diikat akan dilepas lagi dan kembali menyesatkan bangsa-bangsa. Pada akhir milenium akan terjadi kebangkitan orang-orang fasik dari kematian. Hal ini akan diikuti oleh penghakiman baik bagi orang percaya maupun orang tidak percaya. Mereka yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan akan masuk ke dalam kehidupan kekal, sedangkan yang tidak akan dilempar ke dalam lautan api. Manusia akan masuk ke dalam keadaan akhirnya, yaitu: orang-orang yang tidak percaya akan menjalani penghukuman kekal di dalam neraka, sedangkan orang-orang percaya akan hidup selama-lamanya dalam bumi yang baru yang telah disucikan dari segala kejahatan. 2) Premilienialisme Dispensasionalisme Menurut pandangan ini kedatangan Kristus yang kedua kali juga akan terjadi sebelum berdirinya kerajaan seribu tahun (milenium), sebagaimana halnya dipahami oleh Premilenialisme Historis. Perbedaannya adalah dispensasionalisme memahami adanya keterpisahan mutlak antara Israel dengan gereja. Menurut pandangan ini: dalam kedatangan-Nya yang pertama kali Kristus bermaksud untuk menawarkan kerajaan sorga kepada orang-orang Yahudi sejaman-Nya, dimana kerajaan ini akan berupa pemerintahan Israel atas bumi sebagaimana dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Dalam fase ini mereka harus bertobat dari dosa dan beriman kepada Yesus sebagai Mesias. Namun sayang saat itu orang-orang Yahudi menolak kerajaan tersebut sehingga berdirinya kerajaan Kristus saat itu tertunda sampai kedatangan Kristus yang kedua kalinya kelak, sebagai awal dari masa seribu tahun. Oleh karena penolakan yang berakibat penundaan tersebut Kristus menggantinya dengan gereja. Menurut pandangan ini kedatangan Kristus yang kedua akan terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah saat Kristus masih berada di awan-awan dan belum sepenuhnya berada di bumi. Pada tahap ini terjadi pengangkatan (rapture) yang dapat terjadi setiap saat, terjadi kebangkitan bagi orang-orang percaya dari Perjanjian Lama serta orang-orang percaya yang masih hidup baik Yahudi maupun bangsa lain. Mereka akan diubahkan, dimuliakan diangkat ke awan-awan untuk bertemu dengan Tuhan Yesus. Bersama-sama dengan Kristus, seluruh orang orang percaya dalam gereja akan naik ke sorga untuk merayakan perjamuan kawin Anak Domba selama tujuh tahun lamanya. Menurut pandangan ini yang dimaksud dengan ”tujuh tahun” di sini adalah penggenapan dari minggu ketujuhpuluh dari nubuat Daniel. Selama gereja berada di sorga, segenap peristiwa di bumi tetap berlangsung, dimana kesusahan besar terjadi bagi orang-orang yang tertinggal dan orang-orang Yahudi, sehingga sisa-sisa Israel akan berbalik kepada Yesus dan mengakui Kristus sebagai Mesias. Sisa dari orang Israel itu mengabarkan Injil dan membawa banyak orang kepada pertobatan. Sementara raja-raja fasik di bumi bersatu dan menyerang umat Allah dalam perang Harmagedon. Tahap kedua adalah pada akhir masa tujuh tahun tersebut Kristus akan turun kembali dalam kemuliaan, beserta dengan gereja-Nya, untuk membinasakan musuh-musuh-Nya dan mengakhiri perang Harmagedon. Semua bangsa Israel dikumpulkan di tanah Palestina, iblis diikat dan dilempar ke jurang maut dan dimeteraikan selama seribu tahun harafiah lamanya. Bangsa-bangsa yang menolak Kristus akan dihakimi sedang yang percaya kepada-Nya akan masuk ke dalam pemerintahan seribu tahun itu dan menikmati semua berkatnya. Setelah dua tahap kedatangan itu maka dimulailah kerajaan seribu tahun yang dipimpin langsung oleh Kristus sendiri, yang duduk di takhta yang berada di Yerusalem dan memerintah atas sebuah kerajaan secara riil. Manusia di masa ini masih berada di dalam kondisi sebagaimana adanya, seperti kawin mengawinkan contohnya. Setelah genap masa seribu tahun semua orang fasik yang telah mati akan dibangkitkan dan dihakimi di hadapan takhta putih yang mulia. Mereka yang namanya tidak tertulis di dalam kitab kehidupan akan dibuang ke dalam lautan api, sedang mereka yang tertulis di dalamnya, yaitu orang percaya, akan masuk ke dalam kehidupan yang kekal dalam bumi yang baru yaitu Yerusalem sorgawi. 2. Postmilenialisme Menurut pandangan ini kedatangan Kristus yang kedua kali akan terjadi setelah masa seribu tahun harafiah dimana pemerintahan Kristus tidak dipahami hadir secara fisik di bumi. Kehadiran kerajaan Allah di bumi dipahami dengan sedang terus diperluasnya pemberitaan Injil dan pekerjaan Roh Kudus di dalam hati manusia sehingga secara perlahan banyak orang akan bertobat dan saat masa seribu tahun itu terwujud prinsip-prinsip iman dan moral Kristen akan muncul sebagai standar yang diterima oleh semua bangsa dan individu. Dosa belum dihapuskan tetapi akan dikurangi seminimal mungkin. Semua peradaban akan menjadi lebih baik dalam segala aspeknya. Setelah itu Kristus akan kembali untuk sepenuhnya mengkristenkan dunia. Pada akhir milenium iblis akan dilepaskan sehingga iblis kelak melakukan perlawanan terhadap gereja dalam waktu yang singkat sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Akan tetapi hal ini sama sekali tidak meniadakan pengharapan terhadap zaman keemasan milenium di masa yang akan datang. Setelah kedatangan Kristus yang kedua terjadilah kebangkitan umum dimana semua umat manusia masuk dalam kehidupan yang kekal. 3. Amilenialisme Pandangan ini memahami bahwa masa seribu tahun bukan suatu durasi harafiah, melainkan menunjuk kepada suatu masa yang sudah terjadi, sedang berlangsung dan yang terus berlangsung hingga kegenapannya. Masa ini merupakan masa antara kedatangan Kristus yang pertama dengan kedatangan-Nya yang kedua. Kerajaan Allah sebagai pemerintahan Kristus atas orang-orang percaya, oleh pandangan ini, saat ini juga sedang hadir di dalam dunia melalui Firman dan Roh Kudus. Pada saat yang ini juga orang-orang percaya sedang terus menantikan penyempurnaan kerajaan Allah di masa yang akan datang di dalam bumi yang baru. Mereka menyadari meskipun Kristus telah menang atas dosa dan iblis, namun kuasa iblis tetap ada bersama-sama dengan kerajaan Allah hingga akhir zaman. Kita telah menerima berkat-berkat eskatologi pada masa sekarang, tetapi tetap menantikan penggenapan dan kesempurnaannya pada masa yang akan datang saat Kristus datang kedua kalinya. Oleh karena itu seorang amilenialis menantikan digenapinya penyebaran Injil ke seluruh bangsa dan pertobatannya sebelum kedatangan Kristus yang kedua. Kedatangan Kristus yang kedua kali merupakan suatu peristiwa tunggal. Saat hal itu tergenapi akan terjadi kebangkitan umum bagi orang-orang percaya maupun tidak. Bagi yang percaya yang masih hidup akan diubahkan dan dimuliakan untuk kemudian diangkat dan bertemu dengan Tuhan di awan-awan. Sesudah itu Kristus akan melaksanakan penghakiman terakhir dimana orang-orang yang tidak percaya akan dicampakkan ke dalam penghukuman kekal sedangkan mereka yang percaya akan menikmati segala berkat di dalam langit dan bumi yang baru untuk selama-lamanya. Kritik Anthony A. Hoekema terhadap Premilenialisme dan Postmilenialisme Dalam bukunya Alkitab dan Akhir Zaman (edisi terjemahan dari The Bible and the Future), Anthony A. Hoekema memberikan kritiknya atas tiga pandangan pertama di atas: 1. Keberatan terhadap Premilenialisme Historis Wahyu 20 yang dipakai oleh Premilenialisme Historis tidak memberikan bukti akan adanya pemerintahan seribu tahun yang akan diikuti kedatangan Kristus yang kedua. I Korintus 15:23–24 tidak memberikan bukti yang jelas bagi pemerintahan di bumi seperti yang dipahami oleh premilenialisme. Turunnya Kristus bersama-sama dengan orang-orang percaya yang dimuliakan ke bumi di mana dosa dan kematian masih ada merupakan hal yang bertentangan dengan realitas kemuliaan akhir. Menurut Hoekema hal itu merupakan suatu antiklimaks. Mengapa? Karena kedatangan Kristus kedua kali ke bumi itu merupakan suatu jalan kembali ke bumi yang masih ada dosa. Justru kedatangan Kristus yang kedua kali pada akhirnya akan memberikan kehidupan kekal kepada orang percaya.. Pemerintahan seribu tahun di bumi sebagaimana diajarkan oleh premilenialis tidak sejalan dengan ajaran Perjanjian Baru tentang eskatologi. Pemerintahan semacam ini tidak termasuk dalam kategori masa sekarang maupun masa yang akan datang. Masa seribu tahun premilenialisme merupakan masa tidak memiliki korelasi dengan masa sekarang maupun masa yang akan datang, sehingga bagi kita yang hidup sekarang, milenium itu tidak berdampak apa-apa. Jelas hal itu tidak sesuai dengan Firman Tuhan 2. Keberatan terhadap Premilenialisme Dispensasionalis Premilenialisme Dispensasionalis mengabaikan hal yang sangat mendasar dalam Alkitab, yaitu kesatuan Alkitab. Karena paham ini membagi sejarah dalam tujuh periode waktu (dispensasi) yang berbeda-beda, dimana setiap periode dipahami memiliki penebusannya masing-masing. Bukankah sebenarnya penebusan Kristus merupakan sesuatu yang menyatukan sejarah keselamatan sebagaimana diwahyukan Alkitab. Ajaran bahwa Allah memiliki tujuan yang berbeda bagi Israel dan gereja adalah suatu paham yang tidak benar. Dalam Perjanjian Baru, kata yang dipakai untuk umat-Nya, adalah gereja dan Israel, sehingga tidak ada pemisahan atau perbedaan dari keduanya. Perjanjian Lama tidak mengajarkan akan berdirinya kerajaan seribu tahun di bumi yang bersifat fisik. Hal ini dipakai oleh paham ini untuk menggambarkan kerajaan seribu tahun yang sebenarnya adalah penggenapan akhir karya penebusan Allah. Alkitab tidak mengajarkan pemulihan politik bagi Israel melalui masa seribu tahun. Dispensasionalis menggunakan Yesaya 11:11–16 yang menggambarkan tentang nubuatan tentang kemuliaan dari kerajaan yang akan datang, yang akan ditegakkan ketika Anak Daud kelak kembali dalam kemuliaan. Tempat kedatangan kembali ini ditafsirkan oleh dispensasionalis secara harafiah yaitu tanah leluhur pada sesaat sebelum dimulainya milenium. Hal ini seharusnya dipandang secara figuratif. Konsep premilenialisme dispensasi tentang penundaan kerajaan Israel tidak memiliki dasar dalam Alkitab. Penolakan semua orang Yahudi terhadap kerajaan Allah sangatlah tidak mendasar, karena walaupun banyak yang menolak, tetapi ada juga yang menerima seperti murid-murid Kristus. Konsep premilenialisme dispensasi tentang gereja sebagai pengganti sementara terhadap tertundanya kerajaan Israel tidak memiliki dasar Alkitab. Dalam Kejadian 12:3, Allah mengatakan bahwa non-Israel akan turut serta ambil bagian menikmati berkat-berkat keselamatan bersama-sama dengan bangsa Israel. 3. Keberatan terhadap Postmileanisme Nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang ditafsirkan oleh para postmileanis sebagai petunjuk akan adanya zaman keemasan di masa yang akan datang merupakan gambaran bagi kondisi akhir orang-orang tebusan Kristus. Penafsiran postmileanisme tentang masa sengsara dalam Matius pasal 24 dan kemurtadan dalam 2 Tesalonika pasal 2 tidak dapat dibenarkan. Khotbah akhir zaman dalam Matius pasal 24 berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan keruntuhan Yerusalem maupun akhir zaman dimana penganiayaan atas umat Tuhan terjadi sebagaimana belum pernah terjadi sebelumnya. Yang benar adalah: masa murtad bukan sesuatu yang terjadi hanya pada masa lalu sebagaimana kitab Tesalonika mengajarkan bahwa sebelum kedatangan Kristus yang kedua akan ada kemurtadan terlebih dahulu. Wahyu 20:1–6 tidak mendukung posisi postmilenialisme karena dalam bagian ini milenium sama sekali tidak menunjuk pada suatu masa keemasan di bumi melainkan diikatnya iblis sehingga orang-orang percaya dapat memerintah bersama-sama dengan Kristus di bumi. Pengharapan postmilenialisme akan adanya zaman keemasan yang akan terjadi sebelum Kristus kembali merupakan hal yang tidak sejalan dengan perseteruan yang terus berlangsung di dalam sejarah antara Kerajaan Allah dan kuasa jahat. Kerajaan ”seribu tahun” menurut Amilenialisme (Wahyu 20:1-6) Menurut William Hendriksen dalam bukunya Lebih Dari Pemenang (edisi terjemahan dari More Than Conqueror) kitab Wahyu terbagi atas tujuh bagian sebagai berikut: 1. Pasal 1–3 menggambarkan Kristus yang telah dibangkitkan dan dimuliakan sedang berjalan di tengah-tengah tujuh kaki dian emas. 2. Pasal 4–7 merupakan penglihatan tentang tujuh meterai. 3. Pasal 8–11 melukiskan tentang ketujuh sangkakala penghakiman 4. Pasal 12–14 merupakan penglihatan. 5. Pasal 15–16 menggambarkan ketujuh cawan murka Allah. 6. Pasal 17–19 melukiskan tentang kejatuhan Babel. 7. Pasal 20–22 mengisahkan tentang kehancuran naga (iblis). Walaupun ketujuh bagian di atas bersifat paralel satu dengan lainnya, tetapi masing-masing bagian juga menyingkapkan tentang progresifitas tertentu dalam proses eskatologi. Masa seribu tahun dalam Wahyu 20:1–3 harus dipahami sebagai suatu masa yang durasinya bersifat simbolis dimana di dalamnya iblis diikat sebelum pada akhirnya ia akan dilempar ke dalam jurang maut. Jadi angka seribu di sini tidak boleh dipahami secara harafiah. Peristiwa yang terjadi di dalam ayat 1-3 ini merupakan peristiwa yang terjadi di bumi dimana masa seribu tahun dalam bagian ini merdiawali dengan kedatangan Kristus yang pertama hingga kedatangan-Nya yang kedua. Pada masa ini gerak iblis untuk mengarahkan manusia berbuat dosa telah dibatasi oleh adanya pekabaran injil yang dilakukan di muka bumi. Masa seribu tahun dalam Wahyu 20:4–6 harus dipahami juga tentunya sebagai suatu masa dengan durasi simbolis akan tetapi berhubungan dengan apa yang terjadi di sorga dimana Yohanes melihat jiwa-jiwa manusia dipenggal kepalanya. Jadi perikop ini sama sekali tidak berbicara tentang pemerintahan Kristus di bumi melalui kerajaan bangsa Yahudi, sebagaimana dimaksud oleh Premilenialisme, melainkan menggambarkan tentang orang-orang percaya yang telah mati namun hidup dan memerintah bersama-sama dengan Kristus di sorga, di masa antara kematian mereka dan sebelum Kristus datang kedua kalinya. Pada akhirnya, seluruh orang percaya akan masuk ke dalam kehidupan yang kekal dalam langit dan bumi yang baru, dimana dosa dan kelemahan akan dihapuskan. Yerusalem baru merupakan tempat umat Allah kelak akan berdiam. Kerajaan Allah bersifat ”already”, yaitu sudah terjadi, dan ”not yet”, yaitu ”sedang dan akan terus disempurnakan”. Dengan demikian sebagai orang-orang percaya sepanjang sejarah dapat dikatakan bahwa sekarang kita telah menikmati kerajaan Allah dalam hidup bersekutu dengan Tuhan dan orang percaya lainnya, dan akan disempurnakan kelak saat kedatangan Kristus kedua kalinya untuk kemudian bersama dengan-Nya memerintah di bumi dan di sorga. BAB IV KESIMPULAN Masa Sengsara berakhir dengan dikalahkannya Setan, Antikristus, Nabi Palsu dan orang-orang tidak percaya. Setan dirantai dan dibelenggu dalam Jurang Maut (Wahyu 20:1-3), Antikristus dan Nabi Palsu langsung dicampakkan ke dalam Lautan Api (19:20), sedangkan orang-orang yang tidak percaya dibunuh (19:21) dan Tuhan Yesus bersama dengan para salehnya turun dari surga (kedatangan kedua kali) dan memerintah dalam dunia ini seribu tahun lamanya. Kedatangan Yesus yang kedua kali akan mengawali dimulainya dispensasi baru, dispensasi seribu tahun (Millennium – bahasa Latin, Mille – 1000, nium – tahun, Chilias - Yunani) atau biasa kita sebut Dispensasi Kerajaan.Masa sepanjang seribu tahun ini akan membuat keadaan dunia ini menjadi aman dan damai, dunia akan bebas dari segala bentuk kejahatan. Keadaan aman dan damai ini akan terjadi setelah masa sengsara berakhir, di mana Tuhan Yesus berperang dan mengalahkan musuh-musuh (Matius 24:29-30) dan pada saat kedatangan-Nya menginjakkan kaki di bukit Zaitun dan memerintah sebagai Raja (Daniel 7:13, Zakharia 14:3-4,9, Kisah Para Rasul 1:11-12, Wahyu 20:1-6). Penjelasan tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya diuraikan dalam Wahyu 1:7 dan Wahyu 22:6-17). Demikian akan terjadi suatu kerajaan damai di atas bumi ini, kerajaan yang aman, tenteram dan damai di bawah pemerintahan Raja Damai yang akan berlangsung selama seribu tahun dan menjelang akhir seribu tahun Iblis akan dilepaskan dari jurang maut, mengembara ke arah empat penjuru bumi dan mengumpulkan serta menyesatkan banyak orang yang tak percaya untuk berperang dengan orang-orang kudus (Perang Gog dan Magog – topik ini dibahas pada tulisan tersendiri), Namun Tuhan menurunkan api dari langit dan menghalau Iblis ke dalam Lautan Api tempat penghukuman yang kekal baginya dan bagi para pengikutnya dan para pengikutnya dihanguskan dengan api yang turun dari surga (Wahyu 20:7-10). Orang-orang yang akan memasuki masa seribu tahun ini ialah, semua orang yang terluput dari masa sengsara karena percaya kepada Injil Kerajaan yang diberitakan pada waktu itu dan menolak menyembah Antikristus dan nabi palsu. Dan orang-orang yang percaya yang sudah mati terdahulu (dalam dispensasi-dispensasi sebelumnya dan yang mati pada masa sengsara, sedangkan orang-orang percaya dalam dispensasi Anugerah tidak termasuk di sini karena sudah dibangkitakan dan diangkat ke surga sebelum masa sengsara) dibangkitkan pada kebangkitan pertama (Wahyu 20:4). Orang-orang yang tidak percaya yang sudah mati pada setiap dispensasi tidak akan dibangkit pada kebangkitan pertama ini dan nantinya mereka akan dibangkitkan pada akhir seribu tahun (kebangkitan kedua) dan menghadap Tahta Putih untuk menerima penghukuman kekal bersama dengan Iblis bapa mereka di lautan api (Wahyu 20:5, 13-15).

 DAFTAR PUSTAKA
1. www.ms.amazinghope.net/millenium-kerajaan-seribu-tahun/ 2. id.wikipedia.org/wiki/Kedatangan_Kedua_Yesus_Kristus 3. Ioanes Rakhmat. Berteologi di Tengah Perubahan: Tiga Pandangan Mengenai Kerajaan Seribu Tahun. Jakarta: KPT GKI. 4. Charles C. Ryrie. Teologi Dasar: Panduan Populer untuk Memahami Kebenaran Alkitab. Yogyakarta:Yayasan Andi. 5. "Kristus Pasti Datang Kembali", terbitan Perkantas Jakarta. 6. Evans, Tony, 2005. Sungguh-sungguh Diselamatkan, terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam. 7. Pandensolang, Welly., 2004. Eskatologi Biblika. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta. 8. Willmington, H.L., 2003. The King Is Coming. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. 9. SABDA.

1 comment:

Update Terbaru