Apologetika Iman
Tanpa Perbuatan
BAB
I
PENDAHULUAN
Apa yang ada di
pikiran seseorang ketika ia melihat orang yang bukan Kristen memiliki kehidupan
yang sangat baik dibandingkan dengan orang Kristen, sementara Yesus Kristus
lebih menekankan akan ajaran kasih. Jadi hal ini akan mengacu kepada perdebatan
tentang “Iman tanpa perbuatan adalah mati”
Bagian ini mendukung suatu pemikiran yang sangat meyakinkan.
Hal itu mengungkapkan keyakinan penulis yang sangat kuat bahwa iman tanpa
perbuatan adalah tidak berguna. Jelas bahwa dia menentang orang-orang yang
menyangka dan berkata bahwa iman saja cukup untuk menyelamatkan seseorang.
Yakobus menekankan bahwa tidak ada pemisahan antara
iman dan perbuatan. Tidak seorang pun dapat mengatakan bahwa dirinya memiliki
iman jika tidak ada perbuatan yang membuktikannya. Iman yang sesungguhnya harus
diungkapkan dalam perbuatan. Inilah keyakinan Yakobus dan salah satu pokok
pikiran utama dalam suratnya.
BAB II
KONSEP
IMAN DAN PERBUATAN
IMAN
DAN PERBUATAN
Iman dan Perbuatan. Terjemahan harfiah dari judul
ini mungkin agak kabur dalam beberapa bahasa. Jika demikian. judul perikop ini
dapat diterjemahkan dengan lebih lengkap sebagai "Hubungan Antara Iman dan
Perbuatan". Kita juga dapat menentukan hubungan itu secara lebih jelas
dengan mengatakan "Iman Tanpa Perbuatan Adalah Mati", atau dengan
mengubah susunannya, "Tanpa Perbuatan. Iman itu Mati". Untuk
menunjukkan gaya teks yang berupa bantahan atas pertanyaan-pertanyaan, kita
juga dapat menggunakan pertanyaan: "Dapatkah Iman Tanpa Perbuatan
Menyelamatkan Manusia?" Dalam bahasa-bahasa yang tidak menggunakan kata
benda untuk iman dan perbuatan, kita dapat menggunakan kata kerja, umpamanya.
"Kita Harus Melakukan Hal-hal yang Baik untuk Membuktikan Bahwa Kita
Percaya Kepada Allah".
DISELAMATKAN MELALUI IMAN
Sebelum kita membahas mengenai Doktrin “Diselamatkan
melalui iman”, maka kita perlu mempelajari terlebih dahulu makna kata
dari kata “Pembenaran”. Saya akan kutip penjelasan dari James
Buchanan (seorang theologia dari Skotlandia) mengenai makna kata “Pembenaran”
yg digunakan dalam Alkitab.
Definisi Pembenaran (makna kata Pembenaran) :
Kata “Pembenaran” yang digunakan di dalam Alkitab memiliki
makna penerimaan seseorang sebagai orang yang benar oleh Allah. Pembenaran
berarti Allah memperlakukan seseorang yang bersalah atas dosa sebagai tidak
bersalah; Allah menyatakan bahwa orang itu harus dipandang sebagai benar secara
hukum.hal ini tidak berarti bahwa orang tsb dibuat betul-betul jadi benar,
seperti halnya “memuliakan Allah” tidak berarti membuat Allah jadi mulia.
Bukti bahwa penggunaan kata “pembenaran” sekadar dimaksudkan memiliki arti pernyataan bahwa seseorang benar di mata hukum dapat dipahami melalui 3 cara:
Bukti bahwa penggunaan kata “pembenaran” sekadar dimaksudkan memiliki arti pernyataan bahwa seseorang benar di mata hukum dapat dipahami melalui 3 cara:
1. kata dinyatakan benar digunakan
sbg lawan kata dinyatakan salah di sejumlah ayat Alkitab.
Contoh: Ul 25:1 menyatakan orang salah tidak berarti betul-betul membuat orang itu salah, melainkan menyatakan bahwa itu adalah klasifikasi mereka dari sisi hukum. Demikian juga halnya dengan “menyatakan benar” pd seseorg.
Contoh: Ul 25:1 menyatakan orang salah tidak berarti betul-betul membuat orang itu salah, melainkan menyatakan bahwa itu adalah klasifikasi mereka dari sisi hukum. Demikian juga halnya dengan “menyatakan benar” pd seseorg.
2. kata menyatakan benar dan
kebenaran sering digunakan dlm ayat2 yg berbicara tentang tindakan legal atau
hukum. Contoh: Maz 32:1, 143:2, Rom 8:33.
Ini membuktikan bahwa menyatakan benar dalam Alkitab artinya menyatakan bahwa orang tsb benar secara hukum.
Ini membuktikan bahwa menyatakan benar dalam Alkitab artinya menyatakan bahwa orang tsb benar secara hukum.
3. kata2 atau frasa lain yg
digunakan sejajar dengan pembenaran juga mengindikasikan perubahan hubungan
legal dan bukan perubahan karakter. Misalnya, pembenaran dijelaskan sbg
“diperhitungkan” (diimputasikan) sbg kebenaran (Rom4:3,6-8 ; 2 Kor 5:19,21).
Maka hal ini berarti kebenaran diperhitungkan pada orang yang pada kenyataannya
berdosa. Jadi pembenaran sekali lagi terbukti sbg pernyataan legal yang dgn
penuh rahmat dilakukan oleh Allah yang mengampuni orang berdosa dan
memperhitungkannya sebagai benar melalui karya Kristus.
Kemudian Pembenaran memiliki 2 bagian :
1. penerimaan orang berdosa sebagai
benar oleh Allah
2. pengalaman akan kepastian ketika
orang berdosa tahu bahwa mereka dibenarkan.
Dari 2 bagian ini maka terdapat fakta pembenaran dan bukti fakta tsb. Yang satu adalah pernyataan Allah dan yang lainnya adalah kesadaran orang atas fakta tsb. Dan jelas ,keputusan Allah untuk membenarkan seseorang pasti mendahului bukti pembenaran apa pun dalam diri orang tsb.
Kedua bagian pembenaran ini, fakta dan bukti, menjelaskan
topic pembenaran yang tampak seolah berkontradiksi satu dengan yang lain yang
ditulis oleh Paulus dan Yakobus.
Paulus berkata bahwa kita “dibenarkan oleh iman bukan karena melakukan hukum Taurat” (Rm 3:28). Yakobus berkata “oleh perbuatannya manusia dibenarkan, bukan hanya oleh iman ” (Yak 2:24 KJV).
Paulus berkata bahwa kita “dibenarkan oleh iman bukan karena melakukan hukum Taurat” (Rm 3:28). Yakobus berkata “oleh perbuatannya manusia dibenarkan, bukan hanya oleh iman ” (Yak 2:24 KJV).
Tidak ada kontradiksi di sini. Paulus berbicara tentang
fakta pembenaran. Orang-orang berdosa dibenarkan karena Allah dengan penuh
rahmat mengampuni dan menerima mereka oleh Kristus dan bukan karena perbuatan
mereka. Pembenaran seperti ini hanya diterima melalui iman saja.
Tetapi Yakobus sedang menuliskan kesadaran orang yang dibenarkan. Tak ada alasan orang untuk menganggap bahwa mereka dibenarkan kecuali perbuatan mereka menjadi bukti yang mulia atas fakta itu.
Tetapi Yakobus sedang menuliskan kesadaran orang yang dibenarkan. Tak ada alasan orang untuk menganggap bahwa mereka dibenarkan kecuali perbuatan mereka menjadi bukti yang mulia atas fakta itu.
Paulus menuliskan pernyataan pembenaran Allah: bahwa hal
itu tidak tergantung pada perbuatan baik kita. Yakobus
menulis bagaimana mengetahui orang yang telah dibenarkan: yaitu melalui bukti
hidup kudus yang dijalani.
Paulus maupun Yakobus menyebutkan Abraham sebagai contoh
argument mereka. Kedua bagian pembenaran itu dapat dilihat di dalam diri Abraham.
1. Abraham
dibenarkan oleh iman sebelum ia disunat.
2. ada
bukti nyata pembenaran di dalam hidupnya, karena ia tidak ragu utk mentaati
perintah Allah kepadanya.
Paulus
menulis untuk menyanggah pendapat bahwa kita dapat membenarkan diri dalam
pandangan Allah dengan usaha kita sendiri. Yakobus menulis menentang pengajaran
yang tidak mementingkan bagaimana orang percaya hidup. Pembenaran adalah
pemberian Allah yang rahmani dan dibuktikan melalui hidup kudus orang-orang
percaya. Kedua kebenaran ini tercakup di dalam apa yang dimaksud dengan
pembenaran.
BAB III
PERTENTANGAN
ANTARA YAKOBUS DAN PAULUS
'PERTENTANGAN'
ANTARA YAKOBUS DENGAN PAULUS.
Kalau kita sudah
pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya
bagian surat Yakobus ini bertentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.
Ro 3:28
kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.
Ro 3:28 - “Karena kami
yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan
hukum Taurat”.
Yak 2:24 - “Jadi kamu
lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya
karena iman”.
Ro 4:1-4
dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.
Ro 4:1-4 - “Jadi apakah
akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau
Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah,
tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu
percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran.’”.
Yak 2:21 - “Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Bagian surat Yakobus ini
menyebabkan adanya tokoh-tokoh Kristen yang merendahkan surat Yakobus ini.
Martin
Luther berkata tentang surat Yakobus sebagai berikut:
“a right strawy epistle, for it has
no true evangelical character” [= surat jerami (= kosong / tak berharga),
karena surat ini tidak mempunyai sifat injili yang benar].
Philip
Melanchton berkata:
“‘faith justifies’ and ‘faith does
not justify’ are plain contradiction. Whoever can reconcile them, on him I will
put my cap, and allow him to call me a fool” (= ‘iman membenarkan’ dan
‘iman tidak membenarkan’ adalah kontradiksi yang nyata. Siapapun dapat
memperdamaikan mereka, padanya aku akan memakaikan topi, dan mengijinkannya
menyebutku orang tolol).
ADA
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIMENGERTI UNTUK BISA MEMPERDAMAIKAN / MENGHARMONISKAN
PAULUS DAN YAKOBUS:
1) Adanya
perbedaan tujuan.
Paulus menuliskan suratnya untuk
orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan
karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru menekankan
habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan (Gal
2:16,21 Ef 2:8-9).
Tetapi Yakobus menulis kepada
orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama
sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan
baik.
2) Adanya
perbedaan penggunaan istilah.
a)
Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah
ini maka ia memaksudkannya sebagai 'sesuatu yang digunakan untuk
menyelamatkan diri kita'. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak
diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan
istilah ini, ia memaksudkannya sebagai 'akibat / hasil dari keselamatan'.
Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang
kristen.
b) Istilah ‘iman /
percaya’.
Kalau Paulus menggunakan istilah
ini, maka ia menunjuk pada 'iman kepada Yesus Kristus'.
Tetapi kalau Yakobus menggunakan
istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan percaya dengan
mulut’ (bdk. ay 14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai
iman’).
c) Istilah ‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah
ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan / dianggap benar oleh
Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai
istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang
dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).
BAB
VI
EVALUASI
TENTANG IMAN TANPA PERBUATAN ADALAH MATI
Dalam
Yak 2:14-26 ini Yakobus punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya
tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan
percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik. Mungkin ia
menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap
doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan
oleh Paulus.
Kemungkinan yang
lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya
sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yak 1:25 2:12). Dengan
demikian secara keseluruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah
dimerdekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan
bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!
Iman
/ pengakuan tanpa perbuatan.
1) Yakobus berkata
bahwa ‘iman / pengakuan percaya tanpa perbuatan’ tidak menyelamatkan
(ay 14).
Untuk ini ia memberikan suatu
illustrasi dalam ay 15-16: “(15) Jika seorang saudara atau saudari
tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang
dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah
sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya,
apakah gunanya itu?”.
a) Ay 15:
kata-kata ‘seorang saudara atau saudari tidak mempunyai ...’ jelas menunjuk
pada orang kristen yang miskin. Ini menunjukkan bahwa Yakobus percaya bahwa
orang kristen bisa saja menjadi miskin. Dan ini lagi-lagi menunjukkan bahwa
ajaran Theologia Kemakmuran tidak sesuai dengan Kitab Suci!
b) Ay 16: ini
menunjukkan orang yang hanya ngomong tok tetapi tidak melakukan apa-apa. Ini
sama sekali tidak ada gunanya. Demikian juga dengan orang yang cuma mengaku
percaya (ngomong tok), tetapi tidak mempunyai perbuatan baik.
2) Yakobus juga berkata
bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).
Ini tidak berarti bahwa mula-mula
imannya ada / hidup, lalu menjadi mati.
Artinya adalah
bahwa pengakuan orang itu adalah pengakuan yang kosong, dan ini jelas
menunjukkan bahwa orang itu sebetulnya sama sekali tidak mempunyai iman! Karena
itu imannya tidak bisa ditunjukkan (ay 18).
Ay 18: “Tetapi mungkin
ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab
dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan
menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’”.
Dalam ay 18 Yakobus
membandingkan 2 orang:
a) Orang yang pertama
(yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan perbuatan.
Kata-kata ‘padaku ada perbuatan’
(ay 18a) tidak boleh diartikan seakan-akan ia hanya mempunyai perbuatan
tetapi tidak mempunyai iman, karena ini adalah suatu keadaan yang tidak mungkin
terjadi, dan juga ini bertentangan dengan ay 18b yang mengatakan ‘aku akan
menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.
Dari kata-kata dalam ay 18b
itu juga jelas bahwa orang ini bisa menunjukkan imannya!
b) Orang yang kedua
hanya mempunyai iman / pengakuan percaya dalam mulut. Orang ini tidak bisa
menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!
3) Yakobus menyamakan
iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!
Kepercayaan terhadap adanya satu
Allah adalah kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan, kepercayaannya akan
adanya satu Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup yang benar!
(Catatan: kepercayaan itu hanya menyebabkan ia gemetar! Ini menunjukkan bahwa
pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai dengan penebusan,
hanya menghasilkan rasa takut!).
Jadi jelas bahwa
orang yang mengaku beriman, tetapi tidak membuktikan imannya dengan perbuatan
baik, tidak berbeda dengan setan!
Kesimpulan dari 3 hal di atas:
Kalau seseorang
mengaku percaya, tetapi tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka ia
sebetulnya bukan orang kristen! Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu! Ia
tidak pernah menyebutnya sebagai ‘saudara’, tetapi ia menyebutnya ‘seorang’
(ay 14), atau ‘orang’ (ay 18), atau ‘manusia’ (ay 20).
Penerapan:
Apakah ada perubahan hidup ke arah
yang positif dalam diri saudara? Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih
suci? Apakah saudara membenci dosa dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?
John Owen mengatakan:
“I do not understand how a man can
be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and
trouble” (= saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa merupakan orang
kristen yang sejati, kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan
kesukaran yang terbesar).
III) Orang yang membuktikan iman
dengan perbuatan baik.
1) Abraham (ay 21-24).
a) Ay 21: “Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Ini tidak boleh diartikan
seakan-akan Abraham dibenarkan karena perbuatannya yaitu pada waktu ia
mempersembahkan Ishak.
Alasannya:
1. Abraham dibenarkan
karena imannya, dan ini terlihat dari:
Ay 23: “Dengan
jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalupercayalah Abraham kepada
Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena
itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kej 15:6
- “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran”.
Dan pembenaran karena iman terhadap
Abraham yang terjadi dalam Kej 15:6 ini, terjadi lebih kurang 30 tahun
sebelum ia mempersembahkan Ishak (Kej 22).
2. Tindakan Abraham
mempersembahkan Ishak itu dikatakan sebagai bukti iman Abraham.
Ibr 11:17-19 - “Karena
iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah
menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun
kepadanya telah dikatakan: ‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan
disebut keturunanmu.’ Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan
orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan
telah menerimanya kembali”.
Ini jelas menunjukkan bahwa imannya
ada lebih dulu dan baru setelah itu ia mempersembahkan Ishak.
Jadi, arti ayat ini adalah:
persembahan Abraham itu adalah perbuatan baik yang membuktikan iman Abraham / membenarkan
pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang beriman.
b)
Ay 22: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan
dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”.
Iman / pengakuan saja tidaklah
cukup. Pengakuan + perbuatan baik barulah sempurna, artinya: ini adalah iman
yang sempurna, atau iman yang sungguh-sungguh, atau iman yang sejati.
c)
Ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan:
‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya
sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kata-kata ‘genaplah nas yang
mengatakan’ artinya adalah: dengan adanya persembahan Ishak itu
kelihatanlah bahwa Kej 15:6 adalah benar.
d)
Ay 24: “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
Kata-kata ‘manusia
dibenarkan’ artinya: manusia dibenarkan pengakuannya, atau tidak dianggap
munafik.
2) Rahab (ay 25).
Ay 25: “Dan bukankah
demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya,
ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu
menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Sekarang Yakobus mengambil orang
yang sangat kontras dengan Abraham. Kalau Abraham adalah seorang laki-laki,
maka Rahab adalah seorang perempuan. Kalau Abraham adalah nenek moyang bangsa
Israel, maka Rahab adalah orang kafir. Kalau Abraham adalah orang yang
terhormat, maka Rahab adalah seorang pelacur!
Mengapa Yakobus mengambil contoh
orang seperti Rahab? Karena kalau contohnya hanya orang seperti Abraham maka
mungkin orang akan berkata: ‘Itu kan Abraham, dia orang luar biasa. Saya tidak
bisa seperti dia’. Supaya orang tidak bisa berkata seperti ini, Yakobus
mengambil contoh Rahab. Rahab adalah orang kafir, dan terlebih lagi dia adalah
seorang pelacur! Tetapi setelah bertobat, ia termasuk orang yang membuktikan
imannya dengan perbuatan baik (bdk. Yos 2:1-7).
Memang perbuatan baik Rahab tidak
sempurna, karena mengandung dusta / dosa. Tetapi harus diingat hal-hal ini:
Ia
adalah orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman Tuhan.
Ia
adalah seorang pelacur.
Ia
adalah seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan perbuatan
baik yang sempurna.
Perbuatan
baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel terhadap tentara
Yerikho, mempunyai resiko tinggi.
Jadi, sekalipun perbuatan baiknya
mengandung dusta / dosa, itu tetap dianggap sebagai perbuatan baik yang
membuktikan imannya!
Dengan adanya contoh Rahab ini
terlihat dengan jelas, bahwa siapapun orang yang beriman itu, kalau ia memang
betul-betul beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah /
bukti imannya.
BAB V
KESIMPULAN
Iman dan Perbuatan. Terjemahan harfiah dari judul
ini mungkin agak kabur dalam beberapa bahasa. Jika demikian. judul perikop ini
dapat diterjemahkan dengan lebih lengkap sebagai "Hubungan Antara Iman dan
Perbuatan". Kita juga dapat menentukan hubungan itu secara lebih jelas
dengan mengatakan "Iman Tanpa Perbuatan Adalah Mati", atau dengan
mengubah susunannya, "Tanpa Perbuatan. Iman itu Mati". Untuk
menunjukkan gaya teks yang berupa bantahan atas pertanyaan-pertanyaan, kita
juga dapat menggunakan pertanyaan: "Dapatkah Iman Tanpa Perbuatan
Menyelamatkan Manusia?" Dalam bahasa-bahasa yang tidak menggunakan kata
benda untuk iman dan perbuatan, kita dapat menggunakan kata kerja, umpamanya.
"Kita Harus Melakukan Hal-hal yang Baik untuk Membuktikan Bahwa Kita Percaya
Kepada Allah".
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown,
Raymond. The Death of Messiah (New York: Double Day, 1994). P. 45
2. Danker,
F.W. - W. Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other
Early Christian Literature (Chicago: Univercity of Chicago, 2000). P. 14
3. Nestle-Aland, Novum
Testamentum Graecae, edisi 27 (Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1998). P.
33
4.
Theissen, Gerd dan
Annete Merz. The Historical Jesus. A Comprehensive Guide (terj. John
Bowden). (London: SCM Press, 1998). P.26
No comments:
Post a Comment