Wednesday, 14 March 2018

MAKALAH APOLOGETIKA IMAN TANPA PERBUATAN


Apologetika Iman Tanpa Perbuatan
BAB I
PENDAHULUAN

Apa yang ada di pikiran seseorang ketika ia melihat orang yang bukan Kristen memiliki kehidupan yang sangat baik dibandingkan dengan orang Kristen, sementara Yesus Kristus lebih menekankan akan ajaran kasih. Jadi hal ini akan mengacu kepada perdebatan tentang “Iman tanpa perbuatan adalah mati”
Bagian ini mendukung suatu pemikiran yang sangat meyakinkan. Hal itu mengungkapkan keyakinan penulis yang sangat kuat bahwa iman tanpa perbuatan adalah tidak berguna. Jelas bahwa dia menentang orang-orang yang menyangka dan berkata bahwa iman saja cukup untuk menyelamatkan seseorang.
 Yakobus menekankan bahwa tidak ada pemisahan antara iman dan perbuatan. Tidak seorang pun dapat mengatakan bahwa dirinya memiliki iman jika tidak ada perbuatan yang membuktikannya. Iman yang sesungguhnya harus diungkapkan dalam perbuatan. Inilah keyakinan Yakobus dan salah satu pokok pikiran utama dalam suratnya.


BAB II
KONSEP IMAN DAN PERBUATAN

IMAN DAN PERBUATAN
Iman dan Perbuatan. Terjemahan harfiah dari judul ini mungkin agak kabur dalam beberapa bahasa. Jika demikian. judul perikop ini dapat diterjemahkan dengan lebih lengkap sebagai "Hubungan Antara Iman dan Perbuatan". Kita juga dapat menentukan hubungan itu secara lebih jelas dengan mengatakan "Iman Tanpa Perbuatan Adalah Mati", atau dengan mengubah susunannya, "Tanpa Perbuatan. Iman itu Mati". Untuk menunjukkan gaya teks yang berupa bantahan atas pertanyaan-pertanyaan, kita juga dapat menggunakan pertanyaan: "Dapatkah Iman Tanpa Perbuatan Menyelamatkan Manusia?" Dalam bahasa-bahasa yang tidak menggunakan kata benda untuk iman dan perbuatan, kita dapat menggunakan kata kerja, umpamanya. "Kita Harus Melakukan Hal-hal yang Baik untuk Membuktikan Bahwa Kita Percaya Kepada Allah".
DISELAMATKAN MELALUI IMAN
Sebelum kita membahas mengenai Doktrin “Diselamatkan melalui iman”, maka kita perlu mempelajari terlebih dahulu makna kata dari kata “Pembenaran”. Saya akan kutip penjelasan dari James Buchanan (seorang theologia dari Skotlandia) mengenai makna kata “Pembenaran” yg digunakan dalam Alkitab.
Definisi Pembenaran (makna kata Pembenaran) :
Kata “Pembenaran” yang digunakan di dalam Alkitab memiliki makna penerimaan seseorang sebagai orang yang benar oleh Allah. Pembenaran berarti Allah memperlakukan seseorang yang bersalah atas dosa sebagai tidak bersalah; Allah menyatakan bahwa orang itu harus dipandang sebagai benar secara hukum.hal ini tidak berarti bahwa orang tsb dibuat betul-betul jadi benar, seperti halnya “memuliakan Allah” tidak berarti membuat Allah jadi mulia.
Bukti bahwa penggunaan kata “pembenaran” sekadar dimaksudkan memiliki arti pernyataan bahwa seseorang benar di mata hukum dapat dipahami melalui 3 cara:
1. kata dinyatakan benar digunakan sbg lawan kata dinyatakan salah di sejumlah ayat Alkitab.
Contoh: Ul 25:1 menyatakan orang salah tidak berarti betul-betul membuat orang itu salah, melainkan menyatakan bahwa itu adalah klasifikasi mereka dari sisi hukum. Demikian juga halnya dengan “menyatakan benar” pd seseorg.
2. kata menyatakan benar dan kebenaran sering digunakan dlm ayat2 yg berbicara tentang tindakan legal atau hukum. Contoh: Maz 32:1, 143:2, Rom 8:33.
Ini membuktikan bahwa menyatakan benar dalam Alkitab artinya menyatakan bahwa orang tsb benar secara hukum.
3. kata2 atau frasa lain yg digunakan sejajar dengan pembenaran juga mengindikasikan perubahan hubungan legal dan bukan perubahan karakter. Misalnya, pembenaran dijelaskan sbg “diperhitungkan” (diimputasikan) sbg kebenaran (Rom4:3,6-8 ; 2 Kor 5:19,21). Maka hal ini berarti kebenaran diperhitungkan pada orang yang pada kenyataannya berdosa. Jadi pembenaran sekali lagi terbukti sbg pernyataan legal yang dgn penuh rahmat dilakukan oleh Allah yang mengampuni orang berdosa dan memperhitungkannya sebagai benar melalui karya Kristus.

Kemudian Pembenaran memiliki 2 bagian :
1.      penerimaan orang berdosa sebagai benar oleh Allah
2.      pengalaman akan kepastian ketika orang berdosa tahu bahwa mereka dibenarkan.

Dari 2 bagian ini maka terdapat fakta pembenaran dan bukti fakta tsb. Yang satu adalah pernyataan Allah dan yang lainnya adalah kesadaran orang atas fakta tsb. Dan jelas ,keputusan Allah untuk membenarkan seseorang pasti mendahului bukti pembenaran apa pun dalam diri orang tsb.
Kedua bagian pembenaran ini, fakta dan bukti, menjelaskan topic pembenaran yang tampak seolah berkontradiksi satu dengan yang lain yang ditulis oleh Paulus dan Yakobus.
Paulus berkata bahwa kita “dibenarkan oleh iman bukan karena melakukan hukum Taurat” (Rm 3:28). Yakobus berkata “oleh perbuatannya manusia dibenarkan, bukan hanya oleh iman ” (Yak 2:24 KJV).
Tidak ada kontradiksi di sini. Paulus berbicara tentang fakta pembenaran. Orang-orang berdosa dibenarkan karena Allah dengan penuh rahmat mengampuni dan menerima mereka oleh Kristus dan bukan karena perbuatan mereka. Pembenaran seperti ini hanya diterima melalui iman saja.

Tetapi Yakobus sedang menuliskan kesadaran orang yang dibenarkan. Tak ada alasan orang untuk menganggap bahwa mereka dibenarkan kecuali perbuatan mereka menjadi bukti yang mulia atas fakta itu.
Paulus menuliskan pernyataan pembenaran Allah: bahwa hal itu tidak tergantung pada perbuatan baik kita. Yakobus menulis bagaimana mengetahui orang yang telah dibenarkan: yaitu melalui bukti hidup kudus yang dijalani.
Paulus maupun Yakobus menyebutkan Abraham sebagai contoh argument mereka. Kedua bagian pembenaran itu dapat dilihat di dalam diri Abraham.
1.      Abraham dibenarkan oleh iman sebelum ia disunat.
2.      ada bukti nyata pembenaran di dalam hidupnya, karena ia tidak ragu utk mentaati perintah Allah kepadanya.
Paulus menulis untuk menyanggah pendapat bahwa kita dapat membenarkan diri dalam pandangan Allah dengan usaha kita sendiri. Yakobus menulis menentang pengajaran yang tidak mementingkan bagaimana orang percaya hidup. Pembenaran adalah pemberian Allah yang rahmani dan dibuktikan melalui hidup kudus orang-orang percaya. Kedua kebenaran ini tercakup di dalam apa yang dimaksud dengan pembenaran. 


BAB III
PERTENTANGAN ANTARA YAKOBUS DAN PAULUS


'PERTENTANGAN' ANTARA YAKOBUS DENGAN PAULUS.
Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini bertentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.
Contoh:
        Ro 3:28 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.
Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
        Ro 4:1-4 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.
Ro 4:1-4 - “Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’”.
Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Bagian surat Yakobus ini menyebabkan adanya tokoh-tokoh Kristen yang merendahkan surat Yakobus ini.
      Martin Luther berkata tentang surat Yakobus sebagai berikut:
“a right strawy epistle, for it has no true evangelical character” [= surat jerami (= kosong / tak berharga), karena surat ini tidak mempunyai sifat injili yang benar].
      Philip Melanchton berkata:
“‘faith justifies’ and ‘faith does not justify’ are plain contradiction. Whoever can reconcile them, on him I will put my cap, and allow him to call me a fool” (= ‘iman membenarkan’ dan ‘iman tidak membenarkan’ adalah kontradiksi yang nyata. Siapapun dapat memperdamaikan mereka, padanya aku akan memakaikan topi, dan mengijinkannya menyebutku orang tolol).
ADA BEBERAPA HAL YANG PERLU DIMENGERTI UNTUK BISA MEMPERDAMAI­KAN / MENGHARMONISKAN PAULUS DAN YAKOBUS:
1)   Adanya perbedaan tujuan.
Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru mene­kankan habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan (Gal 2:16,21  Ef 2:8-9).
Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan baik.
2)   Adanya perbedaan penggunaan istilah.
a)   Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini maka ia memaksudkannya sebagai 'sesuatu yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita'. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, ia memaksud­kannya sebagai 'akibat / hasil dari keselamatan'. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.
b)   Istilah ‘iman / percaya’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada 'iman kepada Yesus Kristus'.
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan percaya dengan mulut’ (bdk. ay 14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).
c)   Istilah ‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan / dianggap benar oleh Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).




BAB VI
EVALUASI TENTANG IMAN TANPA PERBUATAN ADALAH MATI


Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik. Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus.
Kemungkinan yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yak 1:25  2:12). Dengan demikian secara keseluruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah dimer­dekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!
Iman / pengakuan tanpa perbuatan.
1)   Yakobus berkata bahwa ‘iman / pengakuan percaya tanpa perbu­atan’ tidak menyelamatkan (ay 14).
Untuk ini ia memberikan suatu illustrasi dalam ay 15-16: “(15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.
a)   Ay 15: kata-kata ‘seorang saudara atau saudari tidak mempunyai ...’ jelas menunjuk pada orang kristen yang miskin. Ini menunjukkan bahwa Yakobus percaya bahwa orang kristen bisa saja menjadi miskin. Dan ini lagi-lagi menunjukkan bahwa ajaran Theologia Kemakmuran tidak sesuai dengan Kitab Suci!
b)   Ay 16: ini menunjukkan orang yang hanya ngomong tok tetapi tidak melakukan apa-apa. Ini sama sekali tidak ada guna­nya. Demikian juga dengan orang yang cuma mengaku percaya (ngomong tok), tetapi tidak mempunyai perbuatan baik.
2)   Yakobus juga berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).
Ini tidak berarti bahwa mula-mula imannya ada / hidup, lalu menjadi mati.
Artinya adalah bahwa pengakuan orang itu adalah pengakuan yang kosong, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang itu sebetulnya sama sekali tidak mempunyai iman! Karena itu imannya tidak bisa ditunjukkan (ay 18).
Ay 18: “Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’”.
Dalam ay 18 Yakobus membandingkan 2 orang:
a)   Orang yang pertama (yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan perbuatan.
Kata-kata ‘padaku ada perbuatan’ (ay 18a) tidak boleh diartikan seakan-akan ia hanya mempunyai perbuatan tetapi tidak mempunyai iman, karena ini adalah suatu keadaan yang tidak mungkin terjadi, dan juga ini bertentangan dengan ay 18b yang mengatakan ‘aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.
Dari kata-kata dalam ay 18b itu juga jelas bahwa orang ini bisa menunjukkan imannya!
b)   Orang yang kedua hanya mempunyai iman / pengakuan percaya dalam mulut. Orang ini tidak bisa menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!
3)   Yakobus menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!
Kepercayaan terhadap adanya satu Allah adalah kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan, kepercayaannya akan adanya satu Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup yang benar! (Catatan: kepercayaan itu hanya menyebabkan ia geme­tar! Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai dengan penebusan, hanya mengha­silkan rasa takut!).
Jadi jelas bahwa orang yang mengaku beriman, tetapi tidak membuktikan imannya dengan perbuatan baik, tidak berbeda dengan setan!
Kesimpulan dari 3 hal di atas:
Kalau seseorang mengaku percaya, tetapi tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka ia sebetulnya bukan orang kristen! Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu! Ia tidak pernah menyebutnya sebagai ‘saudara’, tetapi ia menyebutnya ‘seorang’ (ay 14), atau ‘orang’ (ay 18), atau ‘manusia’ (ay 20).
Penerapan:
Apakah ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam diri saudara? Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih suci? Apakah saudara membenci dosa dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?
John Owen mengatakan:
“I do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa merupakan orang kristen yang sejati, kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar).
III) Orang yang membuktikan iman dengan perbuatan baik.
1)   Abraham (ay 21-24).
a)   Ay 21: “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Abraham dibenarkan karena perbuatannya yaitu pada waktu ia mempersembahkan Ishak.
Alasannya:
1.   Abraham dibenarkan karena imannya, dan ini terlihat dari:
        Ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalupercayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
        Kej 15:6 - “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.
Dan pembenaran karena iman terhadap Abraham yang terjadi dalam Kej 15:6 ini, terjadi lebih kurang 30 tahun sebelum ia mempersembahkan Ishak (Kej 22).
2.   Tindakan Abraham mempersembahkan Ishak itu dikatakan sebagai bukti iman Abraham.
Ibr 11:17-19 - “Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: ‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali”.
Ini jelas menunjukkan bahwa imannya ada lebih dulu dan baru setelah itu ia mempersembahkan Ishak.
Jadi, arti ayat ini adalah: persembahan Abraham itu adalah perbuatan baik yang membuktikan iman Abraham / membenarkan pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang beriman.
b)   Ay 22: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”.
Iman / pengakuan saja tidaklah cukup. Pengakuan + perbuatan baik barulah sempurna, artinya: ini adalah iman yang sempurna, atau iman yang sungguh-sungguh, atau iman yang sejati.
c)   Ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kata-kata ‘genaplah nas yang mengatakan’ artinya adalah: dengan adanya persembahan Ishak itu kelihatanlah bahwa Kej 15:6 adalah benar.
d)   Ay 24: “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
Kata-kata ‘manusia dibenarkan’ artinya: manusia dibenarkan pengakuannya, atau tidak dianggap munafik.
2)   Rahab (ay 25).
Ay 25: “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Sekarang Yakobus mengambil orang yang sangat kontras dengan Abraham. Kalau Abraham adalah seorang laki-laki, maka Rahab adalah seorang perempuan. Kalau Abraham adalah nenek moyang bangsa Israel, maka Rahab adalah orang kafir. Kalau Abraham adalah orang yang terhormat, maka Rahab adalah seorang pelacur!
Mengapa Yakobus mengambil contoh orang seperti Rahab? Karena kalau contohnya hanya orang seperti Abraham maka mungkin orang akan berkata: ‘Itu kan Abraham, dia orang luar biasa. Saya tidak bisa seperti dia’. Supaya orang tidak bisa berkata seperti ini, Yakobus mengambil contoh Rahab. Rahab adalah orang kafir, dan terlebih lagi dia adalah seorang pelacur! Tetapi setelah bertobat, ia termasuk orang yang membuktikan imannya dengan perbuatan baik (bdk. Yos 2:1-7).
Memang perbuatan baik Rahab tidak sempurna, karena mengan­dung dusta / dosa. Tetapi harus diingat hal-hal ini:
        Ia adalah orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman Tuhan.
        Ia adalah seorang pelacur.
        Ia adalah seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan perbuatan baik yang sempurna.
        Perbuatan baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel terhadap tentara Yerikho, mempunyai resiko tinggi.
Jadi, sekalipun perbuatan baiknya mengandung dusta / dosa, itu tetap dianggap sebagai perbuatan baik yang membuktikan imannya!
Dengan adanya contoh Rahab ini terlihat dengan jelas, bahwa siapapun orang yang beriman itu, kalau ia memang betul-betul beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah / bukti imannya.

BAB V
KESIMPULAN

Iman dan Perbuatan. Terjemahan harfiah dari judul ini mungkin agak kabur dalam beberapa bahasa. Jika demikian. judul perikop ini dapat diterjemahkan dengan lebih lengkap sebagai "Hubungan Antara Iman dan Perbuatan". Kita juga dapat menentukan hubungan itu secara lebih jelas dengan mengatakan "Iman Tanpa Perbuatan Adalah Mati", atau dengan mengubah susunannya, "Tanpa Perbuatan. Iman itu Mati". Untuk menunjukkan gaya teks yang berupa bantahan atas pertanyaan-pertanyaan, kita juga dapat menggunakan pertanyaan: "Dapatkah Iman Tanpa Perbuatan Menyelamatkan Manusia?" Dalam bahasa-bahasa yang tidak menggunakan kata benda untuk iman dan perbuatan, kita dapat menggunakan kata kerja, umpamanya. "Kita Harus Melakukan Hal-hal yang Baik untuk Membuktikan Bahwa Kita Percaya Kepada Allah".







DAFTAR PUSTAKA



1.      Brown, Raymond. The Death of Messiah (New York: Double Day, 1994). P. 45
2.      Danker, F.W. - W. Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature (Chicago: Univercity of Chicago, 2000). P. 14
3.      Nestle-Aland, Novum Testamentum Graecae, edisi 27 (Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1998). P. 33
4.      Theissen, Gerd dan Annete Merz. The Historical Jesus. A Comprehensive Guide (terj. John Bowden). (London: SCM Press, 1998). P.26


No comments:

Post a Comment

Update Terbaru