TUGAS RESENSI
JUDUL BUKU : Teologia Kontemporer
PENGARANG : prof. Dr. Harvie M. Conn
TEBAL BUKU : 174
Dalam buku yang
saya resensi yang berjudul “Teologi Kontemporer”, di sini saya mendapatkan
sesuatu yang luar biasa. Sebuah buku yang memberikan konsep tentang sebuah
teologi yang benar, dan yang memiliki makna yang begitu dalam. memang dengan
seiringnya berkembangnya zaman, maka makin banyak juga ajaran-ajaran yang
membuat kita semakin bingung, membuat kita harus benar-benar mengerti tentang
sebuah kekristenan.
Buku ini berisi
bahasan seputar teologi kontemporer mulai dari pengertian, dasar, metodenya,
tema dan tokoh-tokohnya, serta bahasan teologi-teologi lainnya. Dalam versi
elektronik, indeks buku ini dibagi menjadi "Indeks Bagian" dan
"Indeks Bab. Jika kita lihat secara tata bahasa, buku ini sudah
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, sebagian besar istilah-istilah
teologi asing sudah diadaptasikan dengan istilah Indonesia. Namun sayangnya,
buku elektroniknya tidak selengkap buku cetak. Hal ini dilakukan dengan
berbagai pertimbangan. Meskipun demikian, buku ini dapat memberikan wawasan
yang cukup detail mengenai teologi kontemporer itu sendiri.
Buku ini
bermanfaat untuk mahasiswa teologi maupun orang Kristen awam dalam mempelajari
hal-hal seputar teologi kontemporer.
Pada zaman
Pencerahan di Eropa, telah timbul aliran empirisisme di Inggris dan aliran
rasionalisme di Perancis, Belanda, dan Jerman. Kedua aliran ini sangat memukul
kepercayaan-kepercayaan agama tradisional pada waktu itu. Oleh karena itu
kepercayaan agama sangat bergantung pada wahyu Allah, sedangkan Pencerahan
menganggap manusia sudah mencapai kedewasaan untuk mengetahui segala bidang pengetahuan.
Dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa tanpa penyataan Allah, yaitu hanya
melalui rasio, sudah cukup bagi manusia untuk dapat menjawab segala persoalan
dan menemukan segala kebenaran. Apabila pernyataan itu benar, maka suatu
pertanyaan yang besar adalah: “Di manakah tempatnya Kekristenan?â€
Berkenaan dengan hal itu, maka ada tokoh-tokoh pemikir yang berusaha menolong
atau menyelamatkan Kekristenan dari kesulitan semacam itu.
Kant
menggolongkan Kekristenan dan nilai Kekristenan di bawah wilayah moral,
sedangkan Schleiermacher menggolongkan Kekristenan di bawah wilayah perasaan,
dan Albrecht Ritschl menempatkan Kekristenan di bawah nilai. Persamaan dari
tokoh-tokoh itu termasuk Adolf von Harnack dan Hermann, ialah meniadakan
kebutuhan wahyu sebagai sumber dasar dan standar untuk mengenal Allah. Itulah
bahaya yang mengancam theologi pada akhir abad ke-19, namun orang yang sungguh
setia kepada Tuhan mengetahui bahwa kemungkinan untuk mengenal pengetahuan
dalam dunia alam semesta telah diberikan oleh Tuhan pada waktu Tuhan
menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, di mana salah satu aspek yang
diberikan ialah sifat rasio, sehingga manusia dapat menemukan pengetahuan alam.
Tetapi dalam hal pengenalan terhadap Allah, manusia hanya diberi kemungkinan
untuk mengetahui keberadaan-Nya, sedangkan untuk mengetahui rencana Allah,
keselamatan Allah, manusia tidak dapat mengetahuinya selain melalui penyataan
Allah. Dengan demikian maka pengenalan terhadap Allah merupakan suatu ilmu
khusus yang melampaui kemungkinan manusia untuk mengenal alam, di mana untuk
pengenalan terhadap Allah membutuhkan suatu keharusan, yaitu Allah yang
menyatakan diri kepada manusia.
Pada abad ke-20,
berdasarkan pemikiran di atas, Karl Barth dan Brunner menganggap penyataan adalah
kunci untuk mengenal Allah. Pernyataan ini sangat serupa dengan theologi
Reformasi. Theologi perlu memutar arah atau banting stir, sehingga bisa
mendapatkan suatu dasar yang lebih kuat lagi. Namun konsep Allah dan konsep
penyataan dari Karl Barth, sangat terpengaruh oleh Soren Aaby Kierkegaard dari
Denmark. Oleh karena itu, dalam usaha untuk menyelamatkan theologi keluar dari
kebahayaan liberalisme, mereka tetap tidak berdiri di atas dasar yang kuat,
yang pernah diberikan oleh Martin Luther dan John Calvin, sehingga usaha untuk
kembali ke Alkitab belum tuntas.
Sejak Karl Barth, kita dapat melihat aliran-aliran lain
yang menjadi pokok aliran dalam dunia theologi, yang makin kacau dan makin
menyimpang dari otoritas Alkitab. Meskipun setiap aliran theologi itu mempunyai
sumbangsih dan kreativitas tertentu, namun penyimpangan dari Alkitab dapat kita
lihat dengan jelas. Maka sebagai orang Kristen yang berkecimpung dalam dunia
theologi, atau orang Kristen awam yang tertarik pada doktrin, seharusnya kita berjaga-jaga
dan mendapat pedoman lebih lanjut untuk dapat menganalisa dan dapat
membeda-bedakan ajaran mana yang setia dan ajaran mana yang menyimpang.
Mantap
ReplyDeleteBukunya keren
ReplyDelete