Nama : Hendrik Yanzen W.
Tugas : Kepemimpinan Kristen
Judul Tugas :
Kepemimpinan Yosua
Tuhan
tahu caranya mempersiapkan seorang pengganti dalam sebuah kepemimpinan rohani. Terbukti
dalam kehidupan orang Israel. Jauh sebelum mereka akan menghadapi kehilangan
figur pemimpin sehebat Musa, Tuhan telah persiapkan Yosua bin Nun. Dari proses
persiapannya kita akan belajar rahasia Yosua mampu menjadi pemimpin yang
berjiwa besar dan handal.
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
Diperkirakan
201 kali nama Yosua disebutkan dalam Alkitab. Namanya disebutkan dalam 8 buku
seperti Keluaran, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, I Raja-raja, I
Tawarikh dan Ibrani. Arti yang melekat dalam nama Yosua adalah TUHAN
MENYELAMATKAN atau TUHAN JURUSELAMAT. Ayahnya bernama Nun (Kel. 33:11),
cucu Elisama, kepala suku Efraim dan lahir di Mesir. Sebagai pemimpin yang
menggantikan Musa, Ulangan 34:9 menjelaskan bahwa Yosua sebenarnya memiliki
latar belakang kemiliteran (tentara). Wafat dalam usia 110 tahun (Yosua 24:29)
di daerah pegunungan Efraim, Timnat-Serah (Yosua 24:29-30).
PRESTASI HIDUP YOSUA
PRESTASI HIDUP YOSUA
Ketika
peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir, Yosua masih sangat muda.
Walau demikian, Musa memilihnya menjadi asisten pribadinya. Ia diperintahkan
untuk membentuk pasukan yang terdiri dari suku-suku Israel yang belum
terorganisir guna memukul mundur tentara Amalek (Kel.17).
Sebagai
salah satu wakil dari suku Efraim dalam usaha penyelidikan terhadap tanah
Kanaan, Yosua mendukung laporan Kaleb. Yosua bersama Kaleb menentang laporan
buruk dari 10 pengintai yang lain dan menganjurkan untuk Israel maju menuju
Kanaan.
Waktu Musa sendirian menghadap Tuhan di gunung Sinai, Yosualah yang berada dekatnya. Yosua telah belajar untuk menantikan Allah. Ini menjadi sumber atau landasan bagi prestasi hidupnya kemudian hari. Tidak menutup kemungkinan bahwa kedekatannya dengan Musa, memberikan kepadanya kesempatan untuk belajar kepemimpinan secara langsung. Melihat teori dan praktek sekaligus. Tidak mengherankan bila kelembutan dan ketenangan Musa turut membentuk kepribadian Yosua.
Waktu Musa sendirian menghadap Tuhan di gunung Sinai, Yosualah yang berada dekatnya. Yosua telah belajar untuk menantikan Allah. Ini menjadi sumber atau landasan bagi prestasi hidupnya kemudian hari. Tidak menutup kemungkinan bahwa kedekatannya dengan Musa, memberikan kepadanya kesempatan untuk belajar kepemimpinan secara langsung. Melihat teori dan praktek sekaligus. Tidak mengherankan bila kelembutan dan ketenangan Musa turut membentuk kepribadian Yosua.
Dalam
usia kira-kira 70 tahun, di dekat dataran sungai Yordan, Yosua resmi
ditahbiskan menggantikan Musa, menjadi panglima tentara, setingkat dengan keimaman
Eleazar. Yosua berhasil menghalau perkumpulan bangsa-bangsa yang menduduki
tanah Kanaan. Di bawah kepemimpinannya bangsa Israel berhasil menduduki tanah
yang Tuhan janjikan kepada mereka yaitu tanah Kanaan. Kebesaran hatinya sebagai
pemimpin terlihat hingga akhir hidupnya. Setelah merasa sudah tidak lagi mampu
memimpin, Yosua dengan sopan mengundurkan diri dan pindah ke tanahnya sendiri
yaitu Timnat-Serah di gunung Efraim.
PELAJARAN BERHARGA
Memperhatikan
perjalanan kehidupan dan kepemimpinan Yosua, membuat kita sadar bahwa Tuhan
sangat mampu menyediakan pengganti yang tepat untuk urusan-urusan kepemimpinan
rohani. Asalkan saja, kita bersedia membuka diri kepada segala cara yang Tuhan
pakai untuk mempersiapkan lahirnya seorang pemimpin baru.Sebagai umat, kita
harus berdoa untuk hal ini dan memberi dukungan penuh. Jika kita adalah
pemimpin, maka belajarlah rendah hati untuk memberikan kesempatan kepada
orang-orang yang lebih muda. Tebarkan pengaruh keteladan hidup kepada mereka.
Jika sudah tiba waktunya, mundurlah dalam kesetiaan dan berikan dukungan penuh
kepada pemimpin yang baru.
DASAR PEMILIHAN YOSUA SEBAGAI PEMIMPIN
Nama
Yosua dalam bahasa Ibrani sebenarnya adalah Hosea yang artinya
"keselamatan" (Bilangan 13:8), tetapi Musa kemudian menambahkan nama
ilahi dan menyebutnya "Yehosyua" (Bilangan 13:16) yang artinya
"TUHAN adalah keselamatan" atau "semoga TUHAN
menyelamatkan"; dalam bahasa Aram "Yesyu" (Yeshua); dalam bahasa
Yunani "Iesous" (Yesus), dan dalam bahasa Indonesia menjadi
"Yosua". Tidak ada informasi tentang mengapa Musa menambah nama ilahi
dan menyebutnya demikian. Mungkin karena Musa melihat bahwa Yosua tokoh
potensial yang akan memimpin Israel sebagai wujud dari "TUHAN adalah
keselamatan". Walaupun alasannya tidak jelas, tetapi ada beberapa hal yang
dapat dijadikan acuan sebagai indikasi bahwa Yosua berpotensi menggantikan Musa
memimpin Israel memasuki Kanaan.
Dampak Kepemimpinan Yosua
Karena
hubungan-hubungan yang terjalin harmonis tersebut di atas, khususnya hubungan
antara Yosua dengan Tuhan yaitu dengan kehidupan rohani yang prima, maka Yosua
melihat perbuatan Tuhan seperti yang telah dijanjikan bahwa Tuhan memberikan
jaminan pemeliharaan dan penyertaan-Nya, tetapi bukan hanya kepada Yosua
melainkan juga pada seluruh Israel, yaitu bahwa "setiap tempat yang akan
diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu" (1:3), dan bahwa
"seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur
hidupmu" (1:5,9) Hal tersebut terlihat sebagai dampak dari kepemimpinan
Yosua.
1.
Terhadap Tuhan.
Tuhan
dimuliakan dalam kepemimpinan Yosua, karena Yosua selalu menyatakan dengan
jelas bahwa Tuhanlah yang bekerja di balik setiap keberhasilan dan bukan
dirinya (3:10; 4:21-23) dengan kata lain Yosua memimpin dengan motivasi hati
yang murni di hadapan Tuhan, pada waktu kalah melawan Ai pun dia takut kalau
kalau bangsa lain menganggap remeh nama Tuhan (7:7-9).
2.
Terhadap orang Israel.
Secara
teritorial orang Israel di bawah kepemimpinan Yosua berhasil memasuki,
menaklukkan, dan menduduki tanah Kanaan, serta secara rohani kepemimpinan Yosua
yang kuat terlihat dari kesetiaan orang Israel kepada Allah pada waktu itu
(22:9-34), bahkan sampai sesudah kematian Yosua mereka masih tetap setia kepada
Tuhan (24:31).
3.
Terhadap musuh.
Terungkap
dalam pernyataan Rahab bahwa bangsa lain gentar terhadap mereka (2:9-11),
apalagi setelah mereka mengalahkan Yerikho dan Ai (10:1-2), bahkan setelah
mereka mengalahkan lima raja tidak ada yang berani melemparkan kata-kata
ancaman kepada mereka (10:21).
Teladan
Bagi Orang Kristen dan Gereja Masa Kini
Setelah
mempelajari tokoh Yosua di atas dengan segala sepak terjangnya mulai dari awal
sampai akhir, tentunya Yosua dapat dijadikan cermin bagi orang Kristen dan
gereja pada masa kini, khususnya dalam memilih pemimpin dan juga jika dipilih
untuk memimpin.
1.
Memunyai Dasar Kepemimpinan
Seorang
pemimpin adalah seorang yang memunyai nama baik yang muncul dari keutuhan
karakternya, dan keutuhan karakter itu tidak dihasilkan secara instan melainkan
lewat sebuah proses penggemblengan, sehingga nantinya muncul karakter
pemberani, setia, sabar, berjiwa pemimpin, serta taat dan beriman kepada Allah.
Hal yang indah ialah apabila Tuhan yang menetapkannya untuk memimpin, artinya
tidak mencari-cari kesempatan dengan berbagai cara apalagi jika ada
kecenderungan menjadi seorang "machiavelis" dengan "menghalalkan
segala cara yang penting tujuan tercapai", sebaliknya tidak mencari
berbagai alasan untuk tidak memimpin. Semuanya harus diserahkan kepada kehendak
Tuhan.
2.
Memunyai Tujuan yang Jelas
Seorang
pemimpin adalah seorang yang memunyai tujuan yang jelas dalam kepemimpinannya,
yaitu tujuan yang berorientasi pada petunjuk Tuhan. Standar dasar kepemimpinan
untuk mencapai tujuan mutlak dilakukannya, yaitu: tidak bekerja sendirian
melainkan merancang dan melaksanakan serta menggerakkan sebuah organisasi yang
solid; mencari dan menciptakan kiat-kiat khusus sebagai strategi untuk mencapai
tujuan; menciptakan dan mempertahankan komunikasi yang lancar dalam
kepemimpinannya supaya tujuan dapat dengan mudah tersosialisasi ke bawah.
3.
Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Tuhan
Seorang
pemimpin adalah seorang yang mutlak memunyai waktu khusus untuk selalu berada
di hadirat Tuhan; waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam waktu itulah
dia menyampaikan segala masalah dalam kepemimpinan, pribadi, dan keluarganya
kepada Tuhan. Ia juga harus memiliki waktu untuk mendengar instruksi-instruksi
dan nasihat-nasihat dari firman Tuhan sebagai kekuatan dalam hidupnya, tentunya
jika dia melakukan apa yang dikehendaki Tuhan melalui firman-Nya. Dalam
hubungan dengan Tuhan, dia juga haruslah seorang yang menjadikan
kepemimpinannya sebagai kemuliaan bagi Tuhan; seorang yang menghormati Tuhan
dalam seluruh eksistensi hidupnya; dan seorang yang mempunyai komitmen yang
kuat untuk selalu mengikut Tuhan. Semua hal tersebut akan menjadikan dia
seorang pemimpin yang tidak mudah tergoda dengan berbagai godaan di sekitar
kepemimpinannya, baik itu godaan materi, godaan seksualitas, maupun godaan
(untuk mempertahankan) kedudukan.
4.
Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Orang yang Dipimpin
Seorang
pemimpin adalah seorang yang menjalin hubungan yang baik dengan bawahannya. Hal
ini tidak berarti bahwa dia tidak berwibawa di hadapan bawahannya, dia harus
tetap menjadi seorang yang berwibawa, karena wibawa tidak identik dengan
otoriter, walaupun dalam waktu-waktu tertentu sikap otoriter mungkin
diperlukan. Dia harus peduli dengan bawahannya; dia harus menjaga dan mengimbau
kekompakan dalam pekerjaan; menegur orang yang salah dan memberikan
nasihat-nasihat; dia harus bertindak adil, tidak berat sebelah; dan dia memberi
perintah sesuai dengan firman Tuhan.
5.
Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Sesama Pemimpin
Seorang
pemimpin adalah seorang yang menjaga dengan penuh kehati-hatian hubungannya
dengan para pemimpin lain dalam organisasinya, yang sebenarnya mungkin adalah
bawahannya juga. Hal-hal yang perlu dilakukannya antara lain: membagi tugas
kepemimpinan di antara para pemimpin; tidak mengambil keputusan sendiri tetapi
melibatkan para pemimpin lain; dalam waktu-waktu tertentu melaksanakan
pendelegasian tugas; dan sebagainya.
6.
Mempunyai Hubungan Harmonis dengan Diri Sendiri
Seorang
pemimpin adalah seorang yang melihat dirinya sendiri secara proporsional.
Artinya selain dia menyadari akan kekuatan- kekuatan dalam dirinya ia juga
mutlak perlu menyadari kekurangan-kekurangan dalam dirinya. Hal ini akan
membuat dia menjadi seorang pemimpin yang tidak sombong tetapi juga tidak
minder. Ia perlu mencontoh apa yang dilakukan oleh Yosua, yaitu menguatkan dan
meneguhkan hati dengan sungguh-sungguh serta tidak kecut dan tawar hati, dia
menjalankan kepemimpinan sesuai dengan kehendak Tuhan.
7.
Menghasilkan Dampak Kepemimpinan yang Positif
Seorang
pemimpin adalah seorang yang pada akhirnya menimbulkan dampak-dampak positif
dari kepemimpinannya. Ada dua hal utama yang harus dihasilkan dari
kepemimpinannya. Pertama, melalui kepemimpinannya nama Tuhan dimuliakan, karena
sejak awal dia melandasi dan menjalankan kepemimpinannya di dalam Tuhan; kedua,
tujuan dari organisasi tercapai, yang tentunya membawa sejahtera bukan hanya
bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi sesama pemimpin dan semua orang yang
dipimpinnya.
No comments:
Post a Comment