Friday, 29 June 2018

KEPEMIMPINAN YOSUA


Nama              : Hendrik Yanzen W.
Tugas              : Kepemimpinan Kristen
Judul Tugas   : Kepemimpinan Yosua

YOSUA: PEMIMPIN YANG BERJIWA BESAR DAN HANDAL
Tuhan tahu caranya mempersiapkan seorang pengganti dalam sebuah kepemimpinan rohani. Terbukti dalam kehidupan orang Israel. Jauh sebelum mereka akan menghadapi kehilangan figur pemimpin sehebat Musa, Tuhan telah persiapkan Yosua bin Nun. Dari proses persiapannya kita akan belajar rahasia Yosua mampu menjadi pemimpin yang berjiwa besar dan handal.

LATAR BELAKANG
Diperkirakan 201 kali nama Yosua disebutkan dalam Alkitab. Namanya disebutkan dalam 8 buku seperti Keluaran, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, I Raja-raja, I Tawarikh dan Ibrani. Arti yang melekat dalam nama Yosua adalah TUHAN MENYELAMATKAN atau TUHAN JURUSELAMAT. Ayahnya bernama Nun (Kel. 33:11), cucu Elisama, kepala suku Efraim dan lahir di Mesir. Sebagai pemimpin yang menggantikan Musa, Ulangan 34:9 menjelaskan bahwa Yosua sebenarnya memiliki latar belakang kemiliteran (tentara). Wafat dalam usia 110 tahun (Yosua 24:29) di daerah pegunungan Efraim, Timnat-Serah (Yosua 24:29-30).

PRESTASI HIDUP YOSUA
Ketika peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir, Yosua masih sangat muda. Walau demikian, Musa memilihnya menjadi asisten pribadinya. Ia diperintahkan untuk membentuk pasukan yang terdiri dari suku-suku Israel yang belum terorganisir guna memukul mundur tentara Amalek (Kel.17). 
Sebagai salah satu wakil dari suku Efraim dalam usaha penyelidikan terhadap tanah Kanaan, Yosua mendukung laporan Kaleb. Yosua bersama Kaleb menentang laporan buruk dari 10 pengintai yang lain dan menganjurkan untuk Israel maju menuju Kanaan.
Waktu Musa sendirian menghadap Tuhan di gunung Sinai, Yosualah yang berada dekatnya. Yosua telah belajar untuk menantikan Allah. Ini menjadi sumber atau landasan bagi prestasi hidupnya kemudian hari. Tidak menutup kemungkinan bahwa kedekatannya dengan Musa, memberikan kepadanya kesempatan untuk belajar kepemimpinan secara langsung. Melihat teori dan praktek sekaligus. Tidak mengherankan bila kelembutan dan ketenangan Musa turut membentuk kepribadian Yosua. 
Dalam usia kira-kira 70 tahun, di dekat dataran sungai Yordan, Yosua resmi ditahbiskan menggantikan Musa, menjadi panglima tentara, setingkat dengan keimaman Eleazar. Yosua berhasil menghalau perkumpulan bangsa-bangsa yang menduduki tanah Kanaan. Di bawah kepemimpinannya bangsa Israel berhasil menduduki tanah yang Tuhan janjikan kepada mereka yaitu tanah Kanaan. Kebesaran hatinya sebagai pemimpin terlihat hingga akhir hidupnya. Setelah merasa sudah tidak lagi mampu memimpin, Yosua dengan sopan mengundurkan diri dan pindah ke tanahnya sendiri yaitu Timnat-Serah di gunung Efraim. 


PELAJARAN BERHARGA
Memperhatikan perjalanan kehidupan dan kepemimpinan Yosua, membuat kita sadar bahwa Tuhan sangat mampu menyediakan pengganti yang tepat untuk urusan-urusan kepemimpinan rohani. Asalkan saja, kita bersedia membuka diri kepada segala cara yang Tuhan pakai untuk mempersiapkan lahirnya seorang pemimpin baru.Sebagai umat, kita harus berdoa untuk hal ini dan memberi dukungan penuh. Jika kita adalah pemimpin, maka belajarlah rendah hati untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang yang lebih muda. Tebarkan pengaruh keteladan hidup kepada mereka. Jika sudah tiba waktunya, mundurlah dalam kesetiaan dan berikan dukungan penuh kepada pemimpin yang baru. 

DASAR PEMILIHAN YOSUA SEBAGAI PEMIMPIN
Nama Yosua dalam bahasa Ibrani sebenarnya adalah Hosea yang artinya "keselamatan" (Bilangan 13:8), tetapi Musa kemudian menambahkan nama ilahi dan menyebutnya "Yehosyua" (Bilangan 13:16) yang artinya "TUHAN adalah keselamatan" atau "semoga TUHAN menyelamatkan"; dalam bahasa Aram "Yesyu" (Yeshua); dalam bahasa Yunani "Iesous" (Yesus), dan dalam bahasa Indonesia menjadi "Yosua". Tidak ada informasi tentang mengapa Musa menambah nama ilahi dan menyebutnya demikian. Mungkin karena Musa melihat bahwa Yosua tokoh potensial yang akan memimpin Israel sebagai wujud dari "TUHAN adalah keselamatan". Walaupun alasannya tidak jelas, tetapi ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan sebagai indikasi bahwa Yosua berpotensi menggantikan Musa memimpin Israel memasuki Kanaan.





Dampak Kepemimpinan Yosua
Karena hubungan-hubungan yang terjalin harmonis tersebut di atas, khususnya hubungan antara Yosua dengan Tuhan yaitu dengan kehidupan rohani yang prima, maka Yosua melihat perbuatan Tuhan seperti yang telah dijanjikan bahwa Tuhan memberikan jaminan pemeliharaan dan penyertaan-Nya, tetapi bukan hanya kepada Yosua melainkan juga pada seluruh Israel, yaitu bahwa "setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu" (1:3), dan bahwa "seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu" (1:5,9) Hal tersebut terlihat sebagai dampak dari kepemimpinan Yosua.
1. Terhadap Tuhan.
Tuhan dimuliakan dalam kepemimpinan Yosua, karena Yosua selalu menyatakan dengan jelas bahwa Tuhanlah yang bekerja di balik setiap keberhasilan dan bukan dirinya (3:10; 4:21-23) dengan kata lain Yosua memimpin dengan motivasi hati yang murni di hadapan Tuhan, pada waktu kalah melawan Ai pun dia takut kalau kalau bangsa lain menganggap remeh nama Tuhan (7:7-9).
2. Terhadap orang Israel.
Secara teritorial orang Israel di bawah kepemimpinan Yosua berhasil memasuki, menaklukkan, dan menduduki tanah Kanaan, serta secara rohani kepemimpinan Yosua yang kuat terlihat dari kesetiaan orang Israel kepada Allah pada waktu itu (22:9-34), bahkan sampai sesudah kematian Yosua mereka masih tetap setia kepada Tuhan (24:31).
3. Terhadap musuh.
Terungkap dalam pernyataan Rahab bahwa bangsa lain gentar terhadap mereka (2:9-11), apalagi setelah mereka mengalahkan Yerikho dan Ai (10:1-2), bahkan setelah mereka mengalahkan lima raja tidak ada yang berani melemparkan kata-kata ancaman kepada mereka (10:21).
Teladan Bagi Orang Kristen dan Gereja Masa Kini
Setelah mempelajari tokoh Yosua di atas dengan segala sepak terjangnya mulai dari awal sampai akhir, tentunya Yosua dapat dijadikan cermin bagi orang Kristen dan gereja pada masa kini, khususnya dalam memilih pemimpin dan juga jika dipilih untuk memimpin.
1. Memunyai Dasar Kepemimpinan
Seorang pemimpin adalah seorang yang memunyai nama baik yang muncul dari keutuhan karakternya, dan keutuhan karakter itu tidak dihasilkan secara instan melainkan lewat sebuah proses penggemblengan, sehingga nantinya muncul karakter pemberani, setia, sabar, berjiwa pemimpin, serta taat dan beriman kepada Allah. Hal yang indah ialah apabila Tuhan yang menetapkannya untuk memimpin, artinya tidak mencari-cari kesempatan dengan berbagai cara apalagi jika ada kecenderungan menjadi seorang "machiavelis" dengan "menghalalkan segala cara yang penting tujuan tercapai", sebaliknya tidak mencari berbagai alasan untuk tidak memimpin. Semuanya harus diserahkan kepada kehendak Tuhan.
2. Memunyai Tujuan yang Jelas
Seorang pemimpin adalah seorang yang memunyai tujuan yang jelas dalam kepemimpinannya, yaitu tujuan yang berorientasi pada petunjuk Tuhan. Standar dasar kepemimpinan untuk mencapai tujuan mutlak dilakukannya, yaitu: tidak bekerja sendirian melainkan merancang dan melaksanakan serta menggerakkan sebuah organisasi yang solid; mencari dan menciptakan kiat-kiat khusus sebagai strategi untuk mencapai tujuan; menciptakan dan mempertahankan komunikasi yang lancar dalam kepemimpinannya supaya tujuan dapat dengan mudah tersosialisasi ke bawah.
3. Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Tuhan
Seorang pemimpin adalah seorang yang mutlak memunyai waktu khusus untuk selalu berada di hadirat Tuhan; waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam waktu itulah dia menyampaikan segala masalah dalam kepemimpinan, pribadi, dan keluarganya kepada Tuhan. Ia juga harus memiliki waktu untuk mendengar instruksi-instruksi dan nasihat-nasihat dari firman Tuhan sebagai kekuatan dalam hidupnya, tentunya jika dia melakukan apa yang dikehendaki Tuhan melalui firman-Nya. Dalam hubungan dengan Tuhan, dia juga haruslah seorang yang menjadikan kepemimpinannya sebagai kemuliaan bagi Tuhan; seorang yang menghormati Tuhan dalam seluruh eksistensi hidupnya; dan seorang yang mempunyai komitmen yang kuat untuk selalu mengikut Tuhan. Semua hal tersebut akan menjadikan dia seorang pemimpin yang tidak mudah tergoda dengan berbagai godaan di sekitar kepemimpinannya, baik itu godaan materi, godaan seksualitas, maupun godaan (untuk mempertahankan) kedudukan.
4. Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Orang yang Dipimpin
Seorang pemimpin adalah seorang yang menjalin hubungan yang baik dengan bawahannya. Hal ini tidak berarti bahwa dia tidak berwibawa di hadapan bawahannya, dia harus tetap menjadi seorang yang berwibawa, karena wibawa tidak identik dengan otoriter, walaupun dalam waktu-waktu tertentu sikap otoriter mungkin diperlukan. Dia harus peduli dengan bawahannya; dia harus menjaga dan mengimbau kekompakan dalam pekerjaan; menegur orang yang salah dan memberikan nasihat-nasihat; dia harus bertindak adil, tidak berat sebelah; dan dia memberi perintah sesuai dengan firman Tuhan.
5. Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Sesama Pemimpin
Seorang pemimpin adalah seorang yang menjaga dengan penuh kehati-hatian hubungannya dengan para pemimpin lain dalam organisasinya, yang sebenarnya mungkin adalah bawahannya juga. Hal-hal yang perlu dilakukannya antara lain: membagi tugas kepemimpinan di antara para pemimpin; tidak mengambil keputusan sendiri tetapi melibatkan para pemimpin lain; dalam waktu-waktu tertentu melaksanakan pendelegasian tugas; dan sebagainya.
6. Mempunyai Hubungan Harmonis dengan Diri Sendiri
Seorang pemimpin adalah seorang yang melihat dirinya sendiri secara proporsional. Artinya selain dia menyadari akan kekuatan- kekuatan dalam dirinya ia juga mutlak perlu menyadari kekurangan-kekurangan dalam dirinya. Hal ini akan membuat dia menjadi seorang pemimpin yang tidak sombong tetapi juga tidak minder. Ia perlu mencontoh apa yang dilakukan oleh Yosua, yaitu menguatkan dan meneguhkan hati dengan sungguh-sungguh serta tidak kecut dan tawar hati, dia menjalankan kepemimpinan sesuai dengan kehendak Tuhan.
7. Menghasilkan Dampak Kepemimpinan yang Positif
Seorang pemimpin adalah seorang yang pada akhirnya menimbulkan dampak-dampak positif dari kepemimpinannya. Ada dua hal utama yang harus dihasilkan dari kepemimpinannya. Pertama, melalui kepemimpinannya nama Tuhan dimuliakan, karena sejak awal dia melandasi dan menjalankan kepemimpinannya di dalam Tuhan; kedua, tujuan dari organisasi tercapai, yang tentunya membawa sejahtera bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi sesama pemimpin dan semua orang yang dipimpinnya.


No comments:

Post a Comment

Update Terbaru