BAB I
KONSEP PENGGUNAAN “ANAK ALLAH”
ARTI
GELAR ANAK ALLAH
Gelar Anak Allah
dipakai oleh beberapa pihak. Penggunaannya bergantung kepada adat kebudayaan,
sehingga berbeda pula artinya. Sehubungan dengan arti gelar Anak Allah, William
Barclay dalam bukunya Jesus as They Saw Him, mendaftarkan beberapa penggunaan
gelar tersebut. Dalam Perjanjian Lama, malaikat-malaikat disebut anak Allah.[1] Gelar
itu tidak dipakai untuk seorang demi seorang (Ibrani 1:5), melainkan untuk
malaikat secara keseluruhan. "Maka anak-anak Allah melihat, bahwa
anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari
antara perempuan-perempuan itu (Kejadian 6:2). Pada awal cerita Ayub, anak-anak
Allah menghadap Allah (Ayub 1:6). Pada waktu penciptaan alam semesta,
bintang-bintang fajar dan anak-anak Allah bersorak-sorai bersama (Ayub 38:7).
Para malaikat disebut anak Allah. Memang harus diingat bahwa ada beberapa
tafsiran mengenai Kejadian 6:2. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel disebut
anak Allah. Sebutan itu dituntut oleh Allah terhadap Firaun (Keluaran 4:22-23).
Ketika masih kanak-kanak, Israel dikasihi oleh Allah.
PENGGUNAAN
GELAR ANAK ALLAH BAGI YESUS
Gelar Anak Allah
dipakai untuk menyatakan karya Yesus, yang dilakukan sebelum kedatangan-Nya ke
dunia ini (Ibrani 1:2b, 3a) dan pada akhir zaman (1 Korintus 15:28). Allah
tidak sendirian menjadikan alam semesta ini. Ia menjadikannya bersama dengan
Allah Roh Kudus dan Allah Anak. Oleh Dia (Yesus), Allah telah menjadikan alam
semesta.[2] Ia
adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang
ada dengan Firman-Nya yang penuh dengan kekuasaan. Biasanya penciptaan dianggap
sebagai pekerjaan Allah Bapa saja. Bagaimanapun juga Alkitab menunjukkan, bahwa
pekerjaan penciptaan adalah karya dari ketiga pribadi Tritunggal. Untuk Yesus
(Anak Allah) jelas disebut dalam Yohanes 1:3, "segala sesuatu dijadikan oleh
Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah
dijadikan."[3]
Dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehnya segala sesuatu telah
dijadikan dan yang karena Dia kita hidup (1 Korintus 8:6). Pada akhir zaman,
Yesus bekerja juga. Dalam kaitan-Nya dengan gelar Anak Manusia, Yesus melakukan
karya-Nya pada waktu ada di dunia dan pada akhir zaman. Pada akhir zaman,
sebagai Anak Manusia, Ia akan menyatakan kemuliaan-Nya (Matius 24:30), datang
kembali ke dunia (Matius 24:27,44) dan menghakimi semua bangsa (Matius 13:41;
Lukas 21:36). Tetapi sebagai Anak Allah, Yesus tidak melakukan karya di atas
pada akhir zaman. Menurut 1 Korintus 15:28 pada akhir zaman Yesus akan
menaklukan segala sesuatu kepada Allah, Bapa-Nya, yang jelas dua gelar di atas
menekankan kekekalan Yesus yang dinyatakan dalam karya- karya-Nya pada akhir
zaman.
Gelar Anak Allah menunjukkan seluruh karya Yesus bersama Bapa-Nya dari semula sampai dengan penyelesaian segala sesuatu pada akhir zaman. Implikasi dari karya yang dilakukan Yesus sebelum datang ke dunia ialah Yesus itu kekal adanya. Kekekalan dan keabadian itu menunjukkan ciri-ciri Allah sendiri.[4] Ia ada dengan sendirinya, tidak bergantung kepada pihak lain bagi keberadaan-Nya. Itu berarti Ia sudah ada sebelum kelahiran-Nya di dunia. Bukti-bukti kekekalan-Nya dapat dilihat dalam seluruh Alkitab: Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama berisi penjelasan tentang keberadaan-Nya sebelum datang ke dunia. Sebelum dilahirkan di Betlehem, Ia sudah ada sebelumnya, yang permulaan-Nya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mikha 5:1).
Gelar Anak Allah menunjukkan seluruh karya Yesus bersama Bapa-Nya dari semula sampai dengan penyelesaian segala sesuatu pada akhir zaman. Implikasi dari karya yang dilakukan Yesus sebelum datang ke dunia ialah Yesus itu kekal adanya. Kekekalan dan keabadian itu menunjukkan ciri-ciri Allah sendiri.[4] Ia ada dengan sendirinya, tidak bergantung kepada pihak lain bagi keberadaan-Nya. Itu berarti Ia sudah ada sebelum kelahiran-Nya di dunia. Bukti-bukti kekekalan-Nya dapat dilihat dalam seluruh Alkitab: Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama berisi penjelasan tentang keberadaan-Nya sebelum datang ke dunia. Sebelum dilahirkan di Betlehem, Ia sudah ada sebelumnya, yang permulaan-Nya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mikha 5:1).
BAB III
TERMINOLOGY ANAK ALLAH DALAM IBRANI
1:1-3 YANG DITINJAU DARI RASUL PAULUS (KOLOSE 1:15) DAN YOHANES 1:1-14
Ayat-ayat ini
memberikan tema utama surat ini; pada masa lalu Allah memakai para nabi sebagai
sarana penyataan yang utama, namun kini Ia berbicara atau menyatakan diri-Nya
kepada kita melalui Putra-Nya Yesus Kristus, yang tertinggi di atas segala
sesuatu. Firman Allah yang disampaikan melalui Putra-Nya bersifat menentukan;
firman itu menggenapi dan melebihi semua firman yang disampaikan sebelumnya
oleh Allah
(lihat art. FIRMAN ALLAH).
Tidak ada sesuatupun,
baik nabi (ayat Ibr 1:1)
maupun malaikat (ayat Ibr 1:4)
memiliki kewenangan yang lebih besar daripada Kristus. Ia merupakan
satu-satunya jalan kepada keselamatan kekal dan satu-satunya perantara di
antara Allah dan manusia. Penulis surat ini memperkuat keunggulan Kristus
dengan mencatat tujuh penyataan besar mengenai Dia (ayat Ibr 1:2-3).
Setelah menyediakan
pengampunan dosa-dosa kita melalui kematian-Nya di kayu salib, Kristus
mengambil kedudukan yang penuh kekuasaan di sebelah kanan Allah. Kegiatan
penebusan yang dilakukan Kristus di sorga meliputi pelayanan-Nya sebagai
perantara ilahi (Ibr 8:6;
13:15; 1Yoh 2:1-2),
imam besar (Ibr 2:17-18;
4:14-16; 8:1-3), juru syafaat (Ibr 7:25)
dan pembaptis dengan Roh (Kis 2:33).
B.
TERMINOLOGY ANAK ALLAH DITINJAU DARI KOLOSE 1:15
“Ia telah melepaskan
kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang
kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Ia
adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala
yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang
ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan,
baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala
sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala
sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat.
Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia
yang lebih utama dalam segala sesuatu” (Kolose 1:12-18).
Para penyesat sering
mempergunakan Kolose 1:15 untuk berargumen bahwa Yesus bukanlah Allah,
melainkan adalah salah satu ciptaan. Mereka memakai frase “yang sulung” untuk
mengatakan bahwa Kristus adalah makhluk ciptaan yang pertama. Dalam KJV, ayat
ini berbunyi: “Who is the image of the invisible God, the firstborn of every
creature.” Tetapi itu adalah pemutarbalikkan arti sesungguhnya dari ayat ini.
C. TERMINOLOGY
ANAK ALLAH DITINJAU DARI YOHANES
1 : 1 - 14
Ungkapan ‘Yesus ialah
Anak Allah’ tidak boleh kita samakan dengan pemahaman biasa kita tentang
hubungan seorang bapa dengan seorang anak lelaki. Tuhan tidak bernikah dan
mendapat seorang anak melalui pernikahan itu. Yesus ialah Anak Allah dalam
ertikata Dia merupakan Allah yang telah menjadi manusia (Yohanes 1:1,14).
Konsep-konsep seperti
di atas sering dipaksakan untuk memahami tentang ke-anak-an Yesus dalam
relasinya dengan Allah Bapa. Sebenarnya sumber biblis atau alkitabiah tentang
konsep Yesus sebagai Anak Allah menyebar dalam Injil yang juga merupakan konsep
yang dilontarkan oleh Yesus sendiri. Hanya saja penjelasan secara personifikasi
secara eksplisit mengenai pengertian Anak ini yang sulit kita temui. Akhirnya
jurus yang kita pakai hanyalah tafsir, tetapi mengenai eksistensi Yesus sebagai
Anak Allah bukanlah sekedar tafsir, hal itu sudah secara eksplisit tersurat
dalam Injil. Pengertian dan konsep tentang ke-Anak-an itulah yang membutuhkan
tafsir yang sejak zaman Gereja awali menjadi polemik, yang berputar-putar pada
konsep Anak seperti saya uraikan pada poin di atas. Tetapi ke-Anak-an Yesus
bukanlah konsep Anak seperti di atas, bukan anak kandung (biologis), bukan anak
angkat, bukan anak sebutan saja, apalagi anak buah jelas bukan.
Saya akan mensharingkan pemahaman saya
mengenai konsep “Yesus Anak Allah” berdasarkan pada sebagian ayat-ayat Injil di
bawah ini:
1. Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. (Yohanes 1:1).
2. Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi
dari segala yang telah dijadikan. (Yohanes 1:3).
3. Ia
telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak
mengenal-Nya. (Yohanes 1:10)
4. Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:14).
5. Ayat-ayat
di atas secara eksplisit memberikan penjelasan kepada kita bagaimana konsep
Yesus sebagai Anak Allah. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Seperti tertulis dalam kitab Kejadian
bahwa Allah menciptakan dunia dan isinya dengan berfirman. Ada 9 ayat
dalam Kejadian 1 yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan
berfirman. Dikaitkan dengan Yohanes 1:1-2, bisa diambil satu pengertian bahwa “Firman
itu adalah suatu Pribadi tersendiri.”
Yesus diperanakkan (dilahirkan),
sehingga bukan sekedar pribadi yang diangkat menjadi Anak Allah (Yohanes
1:13). Yang perlu dipahami adalah konsep diperanakkan/dilahirkan. Tetapi
tentu bukan dilahirkan seperti seorang manusia melahirkan anaknya.
Personifikasi yang sedikit bisa memberi penjelasan tentang proses kelahiran
Yesus dari Allah ini adalah; tetap berangkat dari Injil Yohanes 1, bahwa Pribadi
Firman itu keluar dari Allah – lahir dari mulut Allah – berasal
dari dalam pribadi Allah sendiri. Seperti kita sering juga menggunakan kalimat
ini: “…kata-kata yang indah itu lahir dari hati seorang sastrawan….”
Maka penjelasan manusiawi bahwa pribadi yang keluar/lahir dari seseorang adalah anak.
Maka kata Anak ini juga dipinjam untuk menjelaskan eksistensi dan jati diri
Yesus dalam hubungannya dengan Allah. Yesus adalah Anak Allah, karena lahir
dari dalam diri pribadi Allah.
Penjelasan lebih lanjut
tentang proses Yesus disebut Anak Allah adalah karena proses Firman itu
menjadi manusia(Yohanes 1:14), melalui proses kelahiran manusiawi dalam
pribadi wanita yang bernama Maria yang mengandung karena naungan Roh Kudus (Lukas
1:35 =Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”). Ditulis secara jelas mengapa
Yesus disebut Anak Allah; karena Yesus berasal dari Roh Kudus, Roh Allah
sendiri, Yesus keluar=lahir dari pribadi Allah.
No comments:
Post a Comment