Saturday, 1 September 2018

MAKALAH TEOLOGI SISTEMATIKA

Peranan Teologi Sistematika bagi Pertumbuhan Iman Mahasiswa Teologi
BAB I
Pendahuluan

A.     LATAR BELAKANG
Istilah “Teologi” berasal dari bahasa Yunani,yaitu Theos dan logos.Theosberarti “Allah” dan  Logos berarti “perkataan”, “uraian,” “pikiran”, “ilmu”. Dengan demikian, secara sempit Teologi didefinisikan sebagai ajaran tentang Allah. Sedangkan dalam arti luas dan lebih umum, Teologi adalah seluruh ajaran Kristen dan bukan sekedar ajaran tentang Allah saja, tetapi juga semua ajaran yang membahas hubungan yang dipelihara oleh Allah dengan alam semesta. Teologi Sistematika merupakan sajian teratur dari hasil penelitian teologi. Istilah “Sistematika” berasal dari kata “sustematikos”, artinya penempatan / penyusunan secara tepat.[1] Dalam makalah saya akan membahas tentang pengertian Teologi Sistematika,Pengertian / definisi Iman,Jenis – jenis Iman dan Peranan Teologi Sistematika bagi pertumbuhan Iman Mahasiswa Teologi.
B.     Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Pengertian / Definisi Teologi Sistematika
2.      Pengertian / Definisi Iman
3.      Jenis – jenis Iman dan
4.      Peranan Teologi Sistematika bagi Pertumbuhan Iman Mahasiswa Teologi
C.     Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada Mahasiswa. Selain daripada itu Mahasiswa diharapkan dapat lebih memahami dan mendalami setiap bidang dalam Teologi Sistematika, serta memiliki pertumbuhan iman sesuai dengan Firman Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian / Definisi Teologi Sistematika
Bila kata “teologi”diartikan “Allah” dan “kata/firman.” Maka perpaduan atau kombinasi kata “teologi” dengan “sistematika dapat berarti “studi tentang Allah.” Sedangkan kata"Sistematika" berasal dari kata sustematikos, artinya penempatan/ penyusunan secara tepat. Sistematika menunjuk pada sesuatu yang ditempatkan dalam sistem Oleh sebab itu teologi sistematika berarti pembagian teologi ke dalam sistemyang menjelaskan berbagai bidang. Teologi sistematika adalah sebuah alat penting untuk menolong kita mengerti dan mengajarkan Alkitab dengan cara yang tepat. Jadi teologi sistematika adalah pengetahuan mengenai klasifikasi (penggolongan/urutan) pengajaran Alkitab ke dalam sistem secara logis. Dengan kata lain, teologi sistematika adalah percakapan  tentang Allah dan ciptaan-Nya secara sistematis/berurutan secara logis
Beberapa Definisi Teologi Sistematika
1.      Teologi Sistematika menurut A.H. Strong : Teologi Sistematika merupakan ilmu pengetahuan tentang Allah dan tentang hubungan antara Allah dengan alam semesta.
2.      Teologi Sistematika menurut Charles Hodge : Teologi Sistematika adalah penyusunan fakta – fakta Alkitab, dan penegasan kebenaran – kebenaran prinsipil dan kebenaran umum dari semua fakta yang terlibat.
3.      Teologi Sistematika menurut W.G.T. Shedd : Teologi Sistematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang dihubungkan dengan yang tak terbatas dan terbatas, dengan Allah dan alam semesta.
4.      Teologi Sistematika menurut Lewis Sperry Chafer :Teologi Sistematika dapat didefinisikan sebagai pengumpulan, penyusunan secara ilmiah, perbandingan, pengungkapan, dan pembelaan semua fakta dari seluruh atau sumber yang berhubungan dengan Allah dan karya-Nya.
2.      Pengertian Iman
Iman adalah dasar pengalaman kekristenan kita dan juga basis untuk menerima, mengembangkan dan maju kepada kekudusan. Iman adalah alat yang memampukan kita menjalani seluruh hidup kekristenan kita.  Iman tentunya bukan sekedar sebuah doktrin Perjanjian Baru saja, karena salah seorang nabi Perjanjian Lama pun menyatakan, “ Orang yang benar itu akan hidup oleh iman”. Kemudian di dalam zaman Perjanjian Baru, Paulus berkata bahwa orang benar hidup dengan iman Allah (Gal. 2:20). Karena itu, segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan di dalam iman, sebagai respon terhadap mandat / amanat Allah untuk melakukan suatu hal tertentu. Jika perbuatan – perbuatan kita tidak dilakukan di dalam iman dan menurut kehendak Allah, maka kita tidak akan berhasil mencapai kemuliaan Allah. Karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
Definisi Iman
Bagaimanakah awal mula ide bahwa iman adalah “keyakinan dalam sesuatu yang tidak mempunyai bukti” masuk ke dalam budaya Kristen? Proses sejarah yang sesungguhnya melewati jalan yang panjang dan sangat mendetail, tetapi konsepnya sederhana. Gereja meminta orang-orang untuk mempercayai doktrin yang tidak logis atau tidak jelas didukung oleh Firman Tuhan. Misalnya, doktrin bahwa “roti” dan anggur yang dipakai dalam upacara Roma Katolik berubah menjadi tubuh dan darah Kristus adalah sesuatu yang tidak logis (contohnya, itu masih terlihat dan terasa seperti roti dan anggur, bukan daging dan darah), dan ini tidak didukung oleh penjelasan Firman Tuhan yang teguh. Imam-imam tahu hal ini, jadi mereka meminta orang-orang untuk “menerimanya dengan iman.”
Tidak seorang pun dapat memaksakan rasa percaya. Hal itu berkembang seiring dengan waktu. Kita sekalian tahu hal ini setiap kali kita menerima seorang tukang reparasi datang ke rumah kita untuk memperbaiki sesuatu, atau harus membawa mobil kita ke seorang montir yang baru. Kita sangat ingin mempercayai orang itu supaya orang itu cakap dan jujur, tetapi hal itu hanya terjadi seiring dengan waktu. Jika dia berkata, ”Percayalah kepada saya,” sering kali perkataan itu hanya membuat keadaan makin buruk. Jika, sebaliknya, dia bekerja tepat waktu, melakukan pekerjaan dengan baik, meminta bayaran sesuai dengan yang dikatakannya, dan tampaknya dia jujur dan adil, iman (percaya) kita terhadapnya bertumbuh. Demikian pula dengan iman alkitabiah. Itu bukan sesuatu yang gaib, tidak masuk di akal, atau tidak logis, ”itu hanya percaya (trust)”.
Iman bukanlah suatu perasaan, ataupun produk kehendak atau intelek kita.Kita tidak dapat menghasilkan iman , sebab iman itu berasal dari Allah. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Bila kita memilikinya, kita akan mengetahuinya. Namun perlu kita sadari bahwa iman adalah sebuah pemberian dari Allah. Kita bisa saja berharap dan berdoa meminta sesuatu dari Tuhan, tetapi bagaimana kita dapat merasa yakin bahwa kita akan menerimanya? Kita dapat memiliki jaminan bahwa kita akan menerima akan hal – hal yang tidak terlihat dan dasar dari hal – hal yang kita dapatkan. [2]
3.      Jenis – jenis Iman
1.      Historical faith (Iman sejarah)
Hanya merupakan pengertian intelektual tentang kebenaran, tetapi tidak ada tujuan moral / rohani (tidak ada tujuan supaya dekat pada Tuhan, dosa diampuni, masuk surga, hidup suci, dsb). Orang yang mempunyai iman jenis ini hanya menerima kebenaran tentang Kristus dengan cara yang sama seperti ia menerima ­fakta-fakta sejarah tentang Napoleon, Hitler, dsb.  Orang yang mempunyai iman jenis ini tidak mempunyai hubun­gan pribadi dengan Kristus.  Iman seperti ini bisa timbul dari tradisi, pendidikan, lingkungan / keluarga kristen.

2.      Miraculous faith (iman mujizat).
  Merupakan kepercayaan / keyakinan bahwa Allah akan melakukan mujijat untuk dia / untuk kepentingannya / melalui dirinya (Mat 15:28 17:20). Iman seperti ini bukan iman yang menyelamatkan (saving faith). Iman seperti ini bisa disertai oleh saving faith seperti Mat 8:10-13, bisa juga tidak, seperti dalam Luk 17:11-19 (untuk yang 9 orang kusta).
3.       Temporary faith (iman sementara).
 Berbeda dengan historical faith, karena di sini emosi ikut dilibatkan (Mat 13:20-21 ‘dengan gembira’). Tujuan / motivasi orangnya adalah kesenangan / kenikmatan pribadi, bukan kemuliaan Allah.  Kadang-kadang, atau bahkan seringkali, iman ini sukar dibedakan dari saving faith / iman yang menyelamatkan. Semua bagian Kitab Suci yang menunjukkan seolah-olah kesela­matan bisa hilang (seperti Ibr 6:4-6) adalahtemporary faith. Bandingkan dengan 1Yoh 2:18-19. 
4.      True saving faith (Iman yang menyelamatkan yang benar).
Harus didahului oleh regeneration (= kelahiran kembali). Kitab Suci menggambarkan manusia sebagai mati rohani (Yoh 10:10 Ef 2:1) dan karena itu tidak mau dan tidak bisa memberi tanggapan terhadap Firman Tuhan / Injil (1Kor 2:14 Yoh 6:44,65). Jadi supaya manusia yang mati rohani itu bisa dan mau percaya, Roh Kudus harus melahirkan dia kembali. Kelahiran kembali merupakan pekerjaan Roh Kudus saja. Jadi di sini kita bisa melihat dengan jelas akan pentingnya doa dalam Pemberitaan Injil. Tanpa doa, Roh Kudus tidak akan bekerja, dan tanpa pekerjaan Roh Kudus, orang yang kita injili itu tidak akan bisa / mau percaya kepada Yesus[3].


4.      Peranan Teologi Sistematika bagi Petumbuhan Iman Mahasiswa Teologi
Sebagai orang percaya, iman kita dibangun di atas pondasi keberadaaan Allah, dan perlakuan-Nya terhadap orang yang mencari-Nya berbeda dengan perlakuan-Nya terhadap orang yang tidak mencari-Nya. Segera setelah benar-benar mempercayai kedua hal itu, kita mulai menyenangkan Allah, karena kita segera mencari-Nya. Makna dari mencari Allah adalah Pertama mempelajari kehendakNya, Kedua menaatiNya, dan ketiga percaya janji-janjiNya.
Ketiga makna itu hendaknya menjadi komponen perjalanan kita sehari-hari. Iman tidak datang hanya dengan berdoa dan berpuasa untuk mendapatkannya, atau menyuruh orang menumpangkan tangan bagi anda untuk memindahkan iman itu. Iman hanya datang dari pendengaran akan Firman Tuhan, dan di saat anda mendengarnya, anda masih harus membuat keputusan untuk mempercayainya.
Alkitab telah bersifat (kanon) tertutup, artinya tidak ada satupun kitab baik yang berasal dari masa lalu maupun masa sekarang yang boleh ditambahkan  ke dalam Alkitab. Walaupun karya atau kitab kong fu chu begitu terkenal dan dipandang memiliki banyak muatan-muatan ajaran etis moral yang sangat kaya dan mendalam, tetapi kita tetap tidak bisa memasukan kitab tersebut kedalam alkitab, mengapa sebab kitab-kitab seperti itu, biarpun seberhikmat dan sebijaksana apapun, tetap hanyalah buah karya seorang manusia, bukan kepengarangan Tuhan. Kedua kita tidak perlu meyakini sesuatu yang lain diseputar keselamatan hidup kita diluar apa yang dinyatakan Alkitab. Ini berarti kita tidak perlu menambahkan hal-hal lain kepada Alkitab untuk membuat kita mengenal jalan keselamatan ataupun supaya kita bisa hidup lebih baik, lebih dekat dan lebih berkenan dimata Tuhan lagi. Ketiga tidak ada sesuatupun dapat dikategorikan dosa, bila hal tersebut tidak termasuk hal yang dilarang oleh Alkitab baik secara eksplisit maupun implisit. Keempat tidak ada sesutupun yang dikatakan adalah kehendak Allah jikalau tidak diperintahkan oleh Alkitab.
Jadi kebutuhan manusia akan firman Allah adalah penting dan tidak tergantikan, jika kita ingin bertumbuh dalam kerohanian dan lebih mengenal kehendak Allah, maka kita harus mau mempelajari Alkitab. Hanya Alkitab yang kita butuhkan dalam kehidupan ini yang dapat membawa kita pada kebahagiaan yang sejati. Kita tidak perlu lagi mencari kebenaran-kebenaran lain diluar Alkitab. Alkitab diberikan Allah pada kita supaya kita mengertinya, jadi dengan berusaha sekuat tenaga untuk mau mempelajari Alkitab dan dengan terus berdoa meminta iluminasi dari Roh Kudus, maka kita akan mendapatkan pengertian yang benar tentang kebenaran firman Allah. Jadi Alkitab adalah sumber utama bagi Teologi Kristen. Dengan belajar Teologi khususnya bagi Mahasiswa Teologi kita tidak hanya menjadikan sebagai pengetahuan saja karena banyak hal yang akan kita dapatkan dalam belajar Teologi secara sistematis. Melalui belajar Teologi secara sistematis Mahasiswa Teologi tidak hanya memiliki pengetahuan saja tetapi juga memiliki hubungan yang khusus dengan Allah serta memiliki pemahaman dan keyakinan yang benar tentang Allah.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari makalah ini Teologi Sistematika memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan iman Mahasiswa Teologi, karena dengan mempelajari Teologi secara sitematis Mahasiswa teologi tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan tetapi juga dapat mempelajari tentang Allah dan karya – karya- Nya.Dengan belajar Teologi Mahasiswa juga tidak hanya memiliki iman(percaya), berpikir secara teologis tetapi juga dapat bertindak dengan benar sesuai dengan Firman Tuhan. Landasan utama adalah percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah.
Sebagaimana yang telah dikatakan sebelumnya bahwa iman adalah sebuah pemberian dari Allah dan karena iman menghasilkan jawaban bagi kebutuhan – kebutuhan kita, maka sesungguhnya Tuhan Yesuslah yang menyediakan iman bagi kebutuhan – kebutuhan kita. Karena itu, iman harus bertumbuh di dalam hati kita agar kebenaran dapat meningkat di dalam hidup kita. 






[1] Diktat pembimbing Teologi Sistematika

[2] Brian J. Bailey. Pilar – pilar iman hal. 23
[3]http/.golghotaministry.org

No comments:

Post a Comment

Update Terbaru