Friday, 1 December 2017

EKKSEGESE DAN KRITIK 1 KORINTUS 12 : 13 PENGGUNAAN KATA εἰςDALAM KALIMAT εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν (1 KORINTUS 12 :13 BGT)

EKKSEGESE DAN KRITIK 1 KORINTUS 12 : 13 PENGGUNAAN KATA εἰςDALAM KALIMAT εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν (1 KORINTUS 12 :13 BGT) ATAU DI BAPTIS DALAM SATU TUBUH DALAM REFERENSI BAPTISAN DAN KOMUNITAS GEREJA

   A.    Latar belakang masalah
            Doktrin Baptisan kini banyak diabaikan oleh beberapa Gereja Kristen. Dalam beberapa Gereja, terjadi penekanan yang melebihi dari arti proporsi sebenarnya. Lebih menyedihkan lagi, banyak dari gereja-gereja yang mengabaikannya adalah gereja-gereja yang memiliki keyakinan dan pengakuan iman, yang penulis yakini sebagai pengajaran Alkitab, dan itu berarti kebenaran tentang baptisan. Suatu generasi Kristen telah ditelantarkan dengan begitu sedikitnya pengetahuan dari yang seharusnya alkitab ajarkan tentang pokok ini.[1]
            Tetapi dalam makalah ini penulis tidak akan membahas tentang baptisan dalam arti baptisan dalam konteks baptis selam atau baptisan yang sering dilakukan oleh gereja-gereja secara umum. Tetapi penulis akan melihat baptisan berdasarkan I korintus 12 : 13 “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”. Penggunaan kata εἰς dalam kalimat εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν (1Co 12:13 BGT)

BAB II
KONSEP BAPTISAN DAN TAFSIRAN 1 KORINTUS 12


    A.    POLEMIK TENTANG BAPTISAN
Tidak ada doktrin dalam Alkitab yang sedemikian banyak perbedaannya, atau yang sedemikian disalah mengerti di dalam gereja Kristen, selain doktrin baptisan air. Tuntutan yang paling ekstrem dan sikap yang paling tidak toleren dilakukan oleh para penganut baptisan selam. Tentu saja sikap sangat tidak toleren dan pernyataan keras yang dibuat oleh para penganut baptisan selam ini merupakan akibat dari pengabaian tuntutan kebenaran dari posisi yang sebanarnya dipegang oleh orang-orang yang berkeyakinan akan baptis percik.  Hampir semua penganut baptisan selam menekankan bahwa seorang belum benar-benar dibaptiskan kecuali ia telah dibenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air.[2]
   B.     ANALOGI-ANALOGI BAPTISAN KRISTEN
   1.      DALAM DUNIA ORANG KAFIR. Baptisan bukanlah sesuatu yang sepenuhnya baru pada jaman Yesus. Orang mesir, Persia dan hindumempunyai cara penyucian religius mereka masing-masing. Upacara semacam itu menjadi makin nyata dalam sistem agama dan Yunani dan Romawi. Kadang-kadang bentuknya adalah pemandian di laut, dan kadang-kadang dipercik air. Kendatipun upaang bentuknya adalah pemandian di laut, dan kadang-kadang dipercik air. kendatipun bertentangan dengan Firman Allah. Roh Kuducara penthabisan dalam agama misteri melibatkan keilahian sepeti kepercayaan mereka, tidak ada jejak baptisan ke dalam nama satu dewa tertentu. Lebih dari itu , pengertian tentang mati dan bangkit yang dikaitkan oleh Paulus dalam baptisan tidak sesuai dengan ritual misteri sama sekali.[3]
2.      DI ANTARA ORANG YAHUDI. Orang Yahudi mempunyai banyak upacara pentahiran dan pembasuhan, tetapi semua itu tidak mempunyai sifat sacramental, oleh karena itu bukanlah merupakan lambing dan meterai perjanjian. Apa yang disebut sebagai baptisan proselit memiliki beberapa kesamaan dengan baptisan Kristen. Menurut pihak yang berwenang dari kalangan orang Yahudi yang dikutip oleh Wall dalam History of Infant Baptism, Baptisan ini harus dilakukan dihadapan dua atau tiga orang saksi.[4] 
v  Bukti Alkitab Tentang Cara Baptisan
Seperti telah diketahui bahwa referensi pertama tentang baptisan dalam perjanjian baru yaitu Matius 3. Di sana ditemukan bahwa Yohanes Pembaptis berkata: “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang akan datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat 3:11).[5]
Kejadian lainnya di mana murid-murid menerima Roh Kudus adalah peristiwa pertemuan pada minggu paskah pertama, ketika Tuhan Yesus yang bangkit pertama kali menampakkan diri kepada suatu kelompok umat-Nya. Kita membaca bahwa di situ Ia “mengembusi mereka, dan berkata: “terimalah Roh Kudus” (Yoh 20 : 22). Lebih jauh lagi, tidak perlu diragukan fakta bahwa terjadi baptisan Roh Kudus kepada orang-orang percaya di rumah Kornelius yang dicantumkan dalam Kis 10 : 44-47.[6]

   C.    LATAR BELAUS 12 : 13 PENGGUNAAN KANG I KORINTUS 12:12-31
Jemaat Korintus bukanlah jemaat ideal seperti Efesus atau Filipi. Justru jemaat ini banyak mengecewakan Paulus. Berbagai dosa ada di dalamnya (perpecahan, perzinahan, menuntut sesama Kristen di pengadilan, dsb.). Hampir semua masalah yang timbul dalam jemaat Korintus berhubungan langsung dengan latar belakang kehidupan kota Korintus. Perzinahan, yang dilakukan beberapa warga jemaat, jelas masih berhubungan dengan perzinahan sakral yang dipromosikan para pelacur kuil penyembahan Venus. Demikian pula keasyikan mencari berbagai karunia masih berhubungan dengan gairah menyombongkan diri dari warga kota yang mementingkan hikmat itu.[7]
            Sekarang tiba waktunya rasul Paulus berbicara tentang karunia-karunia Roh kudus. Ia ingin menerangkan kepada jemaat di korintus tentang karunia-karunia Roh Kudus denganterang dan jelas.[8] Dalam ayat 2 dijelaskan tentang kata ‘belum mengenal Allah’ = kafir = ETHNE biasanya ditujukan kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Tetapi dalam Perjanjian Baru secara khusus menunjuk kepada orang-orang yang bukan Kristen.[9] Rasul Paulus ingin supaya mereka tahu, bahwa Roh Kudus tidak akan mengilhamkan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Allah. Roh Kudus akan selalu meninggikan yesus Kristus. Sebab pekerjaan Roh Kudus adalah mengambil perkara-perkara dari Yesus Kristus.[10]Sebenarnya kurang tepat mengatakan bahwa karunia-karunia itu adalah hanya berasal dari Roh Kudus. Asal karunia-karunia Roh adalah dari Allah Tritunggal (satu Roh - ay. 4; satu Tuhan - ay. 4 dan satu Allah - ay. 6). Bila demikian, jelas pulalah bagaimana seharusnya kita menghayati karunia-karunia Roh itu. Seperti halnya asal karunia-karunia itu dari Allah Tritunggal, demikian pula seharusnya sifat Tritunggal Allah itu dihayati dalam praktek karunia-karunia Roh. Jelasnya, karunia-karunia Roh dalam jemaat seharusnya menyebabkan jemaat esa dalam keberbagaian. Allah itu Esa, namun ada dalam Tiga Oknum, Demikian juga Gereja adalah Tubuh Kristus, esa, namun kaya dalam keberbagaian karunia. Karena itu, tujuan akhir dan semangat dasar dari pencarian dan pelaksanaan karunia-karunia adalah "untuk kepentingan bersama". Paulus menggunakan empat istilah untuk menyingkapkan hakekat karunia-karunia Roh. Karunia-karunia Roh, pertama sekali harus dilihat sebagai karunia, bukan sebagai kebolehan pribadi yang dapat dijadikan alasan untuk menonjolkan diri. Allah, Pemberi karunia itulah yang harus diagungkan, dibanggakan dan dimuliakan. Kedua, karunia adalah pelayanan. Pemberian karunia bukan dengan fokus kepentingan si penerima karunia. Karunia diberikan dengan fokus kepentingan orang lain. Penerima karunia adalah alat penyalur berkat Allah kepada orang lain, Ketiga, karunia adalah perbuatan ajaib. Keajaiban Allahlah yang menyebabkan pelayanan kita menghasilkan buah Injil, perubahan hidup, dlsb. Dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan ajaib ini, tidak selalu Allah akan membangkitkan kemampuan-kemampuan baru dan mem-by-pass kemampuan-kemampuan alami kita. Bisa juga Allah memberi efektivitas baru, mutu dan dampak baru pada kapasitas natural kita yang notabene dari Dia juga asalnya. Keempat, karunia-karunia Roh adalah "penyataan" Roh yang dalam kebersamaan menyebabkan kita lebih jelas menghayati realita Allah dan kemuliaan-Nya.[11]
Rasul Paulus kembali menggunakan tubuh manusia untuk menggambarkan kesatuan dan persekutuan di dalam anggota-anggota tubuh kristus, yaitu gereja. Tubuh meskipun banyak anggota dan berbeda fungsi tetapi satu. Tubuh manusia adalah ciptaan Allah yang saling bekerja sama dengan sempurna, sehingga tidak ada yang tidak diperlukan.[12]Kesatuan Kristen adalah salah satu mujizat terbesar yang Allah buat dalam dunia ini setiap hari! Tidak peduli dari latar belakang agama (Yahudi dan non-Yahudi) dan sosial (merdeka dan budak) macam apa pun kita berasal, kita adalah satu. Satu tubuh dikarenakan satu Tuhan dan satu Roh. Keesaan gereja yang bersumber pada ke-Esa-an Allah ini lebih jelas dibeberkan dalam Efesus 4:4-6. Satu Tuhan, satu Roh dan satu Bapa, sumber dari kesatuan penghayatan Kristen kita; satu panggilan, satu iman, satu baptisan dan satu pengharapan. Kesatuan itu dihayati Kristen melalui dua pengalaman yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Baptisan Roh karena itu, bukan pengalaman kedua seperti yang diajarkan Gerakan Karismatik, tetapi pengalaman dasar kekristenan kita. Itulah baptisan Roh yang menjadikan seseorang bagian dari Tubuh Kristus. Di Efesus karya Roh Kudus ini dijelaskan dengan dua aspek yaitu: meterai Roh dan jaminan Roh. Bagaimana pun kita mengartikan keduanya, jelas keduanya berhubungan dengan peristiwa keselamatan kita di dalam Kristus.Kalau diperhatikan baik-baik bagian ini ditandai oleh silih ganti permainan kata antara satu dan banyak. Keduanya harus dihayati selaras, bila tidak akan timbul bahaya. Pertama "inferioritas" rohani menyebabkan seseorang memisahkan diri dari tubuh Kristus karena menjadikan keadaan rohani orang lain menjadi ukuran bagi dirinya. Kedua, "superioritas" rohani menyebabkan sementara pihak menjadikan dirinya ukuran bagi pengalaman dan keadaan rohani orang lain dan meremehkan mereka. Keduanya tidak benar. Keduanya akan menghancurkan kesatuan Kristen kita. Dalam kasus pertama (15-20) terjadi kecenderungan untuk merubah kesatuan menjadi keseragaman. Akibatnya, hilanglah fungsi keseluruhan tubuh Kristus. Dalam kasus kedua terjadi kecenderungan perpecahan. Dalam tubuh kita ketahui bahwa organ yang bertumbuh melampaui batas menjadi tumor atau daging lebih yang merusak dan mengancam kehidupan kebersamaan.Dari pembicaraan tentang karunia-karunia, Paulus pindah ke soal jabatan-jabatan. Rasul ialah saksi mate kebangkitan Kristus, penerima wahyu. Nabi ialah mulut Allah, penerima wahyu. Keduanya merupakan jabatan yang disebut Paulus sebagai "fondasi" gereja (Efs. 2:20). Dalam arti lebih luas, rasul dapat diartikan sebagai perintis dalam pekerjaan misi dan nabi ialah penyampai kata-kata yang "membangun, menasihati dan menghibur" (1 Kor 14:3). Pengajar dalam Efesus 4:11, dikaitkan dengan gembala-gembala. Dalam terang Matius 28:18-20 seharusnya penginjilan, penggembalaan, dan pengajaran dilihat dalam satu garis sinambung. Ada pula mereka yang dikaruniai jabatan melayani, yaitu mengurus soal-soal praktis dalam pelayanan. Pekerjaan Tuhan dapat berjalan dengan baik bila diatur oleh orang yang memimpin.Dari pembahasan sejauh ini jelaslah bahwa karunia-karunia yang kita terima dari Allah berbeda pada masing-masing individu. Keberbagaian itu terpulang pada kedaulatan Allah dan pada kekhususan masing-masing kita dalam rencana-Nya. Dua hal ini menyebabkan tubuh Kristus dapat berfungsi penuh. Tanpa adanya perbedaan karunia dan fungsi pelayanan, tidak mungkin terjadi keesaan yang harmonis, kreatif, indah, dan kaya.[13]


BAB III
EKKSEGESE DAN KRITIK 1 KORINTUS 12 : 13 PENGGUNAAN KATA εἰςDALAM KALIMAT εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν(1 KORINTUS 12 :13 BGT) ATAU DI BAPTIS DALAM SATU TUBUH DALAM REFERENSI BAPTISAN DAN KOMUNITAS GEREJA


   A.    TAFSIRAN 1 KORINTUS 12 : 13
Jika diakui bahwa keselamatan hanya oleh iman, tanpa ordinasi, maka jelas bagi penulis bahwa baptisan dalam bagian-bagian ayat ini tidak menunjukkan kepada baptisan air, tetapi lebih ke baptisan Roh Kudus, karena seperti perkataan Paulus: “sebab dalam satu Roh kita semua telah dibaptis ke dalam satu tubuh” (1 kor 12:13).[14] Baptisan "dalam satu Roh" tidak menunjuk kepada baptisan air ataupun baptisan orang percaya dalam Roh Kudus, seperti yang terjadi pada hari Pentakosta. Sebaliknya, itu menunjuk kepada tindakan Roh membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus, yang menyatukan mereka ke dalam tubuh itu dan menjadikan mereka satu secara rohani dengan orang percaya lainnya. Ini suatu perubahan rohani (yaitu, pembaharuan/kelahiran kembali) yang terjadi pada waktu pertobatan dan menempatkan orang percaya itu "dalam Kristus".[15]
Untuk mengerti jelas doktrin baptisan, maka baptisan harus dilihat sebagai bagian yg tidak terpisahkan dari satu-satunya rencana penyelamatan Ilahi. Justru baptisan harus ditempatkan lebih dahulu dalam kerangka perjanjian. Dalam hubungan itu terlihat bagaimana PB mendapati dalam baptisan kesejajaran yg hakiki dengan ke-3 perjanjian agung dalam PL.[16]
Apa yang langsung menarik dalam ayat ini ialah pengulangan yang dengan tekanan dari kata ‘semua’ (semua. . . telah dibaptis, semua diberi minum) dan pengulangan yang sama diberi tekanan dari kata ‘satu’ (‘dalam satu Roh’, ‘menjadi satu tuuh’, ‘dari satu Roh’) yang dengan sengaja diperbedakan. Hal ini sesuai dengan hubugannya. Apa yang dilakukan sanga rasul dalam 1 Korintus 12 ialah untuk menekankan pada awal pasal itu kesatuan Roh, pemberian karunia-karunia rohani, sebelum ia melanjutkan dalam bagian kedua dari pasal itu menguraikan keanekaragaman karunia-karunia itu.[17]
Tiga kali dalam bagian pertama pasal itu ia menulis (secara harafia) tentang satu Roh (ay 4, 13a dan b), dua kali tentang ‘Roh yang sama’ (ay 8a, 9a) dan satu kali tentang ‘Roh yang satu dan yang sama’ (ay 11). Inilah yang ditekankannya. Puncaknya dicapai diayat 13, ‘sebab dalam satu Roh kita semua. . . telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh’. Jadi baptisan Roh di dalam ayat ini, sama sekali bukan suatu faktor yang memisahkan (dalam arti beberapa orang menerimanya, yang lain tidak), tapi suatu faktor yang menyatukan (suatu pengalaman yang kita semua memilikinya).[18]
  B.  EKSEGESE PENGGUNAAN KATA εἰςDALAM KALIMAT εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν(1 KORINTUS 12 :13)
Keanehan gramatikal lain terjadi dalam 1 Korintus 12:13 dimana Paulus berbicara tentang dibaptis oleh satu Roh menjadi satu tubuh . Eis memiliki bentuk ‘akusatif’untuk membentuk satu tubuh . Hal ini dimengerti sebagai menjadi satu tubuh. Karena itu, dimengerti bahwa gereja tidak akan pernah ada sampai anggota terakhir telah dimasukkan ke dalamnya untuk membuat tubuh lengkap.[19] Jelas ini sangat masuk akal, karena gereja tidak hanya dilihat ada, namun dinyatakan ada, dalam tulisan suci .[20]
Penyebutan baptisan Roh , baptisan yang membentuk satu tubuh , adalah hasil dari sebuah argumen di mana Paulus menyamakan jemaat Korintus kepada masyarakat perjanjian lama . Dosa-dosa jemaat korintus memiliki kesamaan dengan dosa-dosa di mana Israel jatuh ke dalam dosa pada saat itu . Baptisan yang dilakukanMusa adalah jenis baptisan Roh Kudus untuk membentuk satu tubuh di dalam Yesus Kristus. Dengan kata lain, pasal 12 secara hakiki berhubungan dengan 1 Korintus 10 dengan pernyataan nya bahwa para anggota perjanjian lama dibaptis secara utuh oleh Musa. Ini berhubungan dengan Israel , bukan sebagai individu , tetapi sebagai komunitas perjanjian yang ditunjuk . Dalam momen bersejarah keselamatan bangsa menerima Musa sebagai kepala perwakilan , dan dibaptis. Setiap generasi berikutnya dari orang-orang Yahudi , dan masing-masing individu dalam generasi-generasi , melihat diri mereka sebagai benar-benar kesatuan dalam tindakan keselamatan , dan karena itu bisa mengatakannya sebagai baptisan mereka ke Musa . Ini adalah kiasan dari baptisan ini merupakan sejarah umat Allah yang telah terjadi untuk membawa umat Kristen menjadi ada , dan untuk itu bahwa Paulus mengacu ketika ia mengatakan : " Tubuh adalah unit , meskipun terdiri dari banyak bagian ; dan meskipun semua bagian yang banyak mereka membentuk satu tubuh . Begitu pula dengan Kristus . Untuk kita semua dibaptis oleh satu Roh menjadi satu tubuh , baik orang Yahudi atau orang Yunani, budak atau orang merdeka - dan kita semua diberi satu semangat untuk minum ' ( 1 Kor . 12:13 ).[21]
a.      Analisa kata εἰςdalam 1 Korintus 12:13
Penulis akan mencoba melihat tentang penggunaan kata εἰς dalam Interlinier Perjanjian Baru Jilid 2, kata “εἰς” (heis) dipakai sebanyak 345 kali. Khusus dalam 1 Korintus 12:13 kata “eis” ini dipakai sebanyak 3 kali, diantaranya:[22]
§  Sebab dalam satu Roh kita semua
§  elah dibaptis menjadi satu tubuh
§  Kita semua diberi minum dari satu Roh

Kata εἰς merupakan kata preposition akusative , preposisi = kata yang biasa terdapat didepan nomina (mis: dari, dengan, di, dan ke), sedangkan akusatif = kasus yang menunjukkan fungsi sebagai objek langsung atau objek berpreposisi dalam kalimat.[23]
Baptisan "dalam satu Roh" (εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν) tidak menunjuk kepada baptisan air ataupun baptisan orang percaya dalam Roh Kudus, seperti yang terjadi pada hari Pentakosta (lih. TB Mr 1:8) Sebaliknya, itu menunjuk kepada tindakan Roh membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus, yang menyatukan mereka ke dalam tubuh itu dan menjadikan mereka satu secara rohani dengan orang percaya lainnya. Ini suatu perubahan rohani (yaitu, pembaharuan/kelahiran kembali) yang terjadi pada waktu pertobatan dan menempatkan orang percaya itu "dalam Kristus".[24]
Oleh karena itu dapat diartikan bahwa, εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν“Di Baptis dalam satu Tubuh”, mengandung arti bahwa setiap orang percaya selaku gereja menerima baptisan yang sama ketika percaya kepada Yesus Kristus, yaitu baptisan dari atau dengan Yesus Kristus, dan baptisan tersebut secara langsung dilakukan oleh objeknya (Yesus Kristus). Hal ini sesuai dengan J. Knox Chamblin, yaitu bagi Paulus kesatuan orang percaya dalam Kristus bukan tujuan melainkan fakta: “kita semua telah dibaptiskan dengan satu Roh kedalam satu tubuh” (1 Kor. 12:13).[25]
Di Baptis dalam satu Tubuh pertama-tama bukan merupakan perkara pribadi, melainkan ekklesiologis. Ini merupakan akibat dari baptisan Roh Kudus. Kita yang dibaptis disatukan dengan Kristus oleh baptisan dan dibaptis kedalam tubuhNya, juga dibaptis kedalam Roh Kudus yang memenuhi Tubuh Kristus. Siapa yang terikat dengan Kristus menjadi satu Roh denganNya, karena disana terdapat satu tubuh dan satu Roh. Jadi menjadi bagian dalam  tubuh Kristus berrti menjadi bagian dalam satu Roh. Dalam hal ini bukan Roh yang pertama menyatakan diri kepada orang percaya, menyatukan mereka, dan dengan itu membentuk tubuh Kristus. Ini berarti bahwa jemaat menjadi bagian dalam Kristus setelah menjadi bagian dalam Roh, padahal mereka justru mendapat bagian saat mereka disatukan dengan Kristus sebagai Adam kedua. Urutan-urutan diatas sesungguhnya adalah terbalik. Urutan yang benar adalah bahwa mereka yang karena ikatan Roh telah disatukan dengan Kristus sebagai Adam kedua, telah mati dan dikuburkan denganNya, dapat memandang diri mereka telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah, dan dapat pula memandang diri mereka berada dalam Roh.[26]
Di Baptis dalam satu tubuh adalah bukan Roh yang meyatukan tubuh melalui sarana baptisan, melainkan penyatuan oleh baptisan berarti dibaptiskan dengan Roh Kristus. Roh dalam hal ini bukan dimaksudkan sebagai perancang tubuh, melainkan sebagai Anugrah yang didalamnya kita semua mendapat bagian karena kita adalah bagian didalam satu tubuh Kritus.[27]


 C. KRITIK PENGGUNAAN KATA EIS DALAM KALIMAT EIS EN SOMA ENBAPTISTHEMEN (1 KORINTUS 12 :13)
Dari setiap penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat terlihat jelas bahwa konsep baptisan yang dimaksud oleh rasul paulus dalam I Korintaus 12 : 13 tidak menunjukkan baptisan dalam arti baptisan yang dilakukan oleh gereja-gereja pada umumnya. Tetapi ada beberapa yang menjadi kelemahan dan kritikan terhadap penjelasan konsep baptisan dalam I Korintus 12 : 13 tentang penggunaan kata εἰςDALAM KALIMAT εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν.
Yang menjadi kritikan yang penulis ambil dari buku Charles C. Ryrie dalam bukunya “Teologi Dasar 2”, mengatakan bahwa penyebab terjadinya kebingungan adalah sebagai berikut:[28]
Berhubungan dengan pengertian yang kabur tentang Tubuh Kristus. Jika seorang percaya bahwa gereja dimulai dengan Abraham atau Yohanes Pembaptis, maka mungkin sekali akan lebih sukar untuk mengetahui kekhususan pelayanan baptisan yang dilakukan Roh Kudus dalam zaman ini. Karena itu Baptisan disamakan artinya dengan pengalaman pertobatan. Tetapi, jika seseorang mengakui gereja sebagai karya Allah yang dimulai pada Pantekosta, maka pentingnya orang-orang percaya dibaptis Roh Kudus ke dalam Tubuh Kristus akan menjadi jelas.
Penekanan yang terlalu kuat dalam Baptisan air, terutama sekali dengan penyelaman, sering sekali mengaburkan atau bahkan menghapuskan doktrin tentang Baptisan Roh Kudus. Jikalau kedua kebenaran itu tidak dibedakan, biasanya kebenaran tentang Baptisan Roh Kudus dihilangkan, maka hal itu mudah sekali dianggap sebagai suatu cara lain untuk mengatakan baptisan air.
Asosiasi aliran Pantekosta masa kini mengenai Baptisan Roh Kudus dengan berkat kedua (second blessing) atau dengan pengalaman berbahasa lidah sebagai bukti bahwa seseorang telah dibaptiskan menambah kebingungan tersebut. Terkadang baptisan Roh Kudus dan kepenuhan Roh Kudus tidak dibedakan, karena “kepenuhan baptisan” terjadi sebagai akibat pertobatan dan tidak untuk semua orang percaya.
Pandangan Baptisan Roh Kudus diatas justru semakin dikaburkan dengan pendapat dari R.A. Torrey yang mengajarkan bahwa seseorang tidak dapat dibaptis dengan Roh Kudus pada waktu ia percaya dan diselamatkan. Beliau menceritakan bahwa baptisan Roh Kudus yang dialaminya adalah suatu hal yang terjadi sesudah pertobatan. Pada zaman ini bahwa ketidakjelasan seperti ini terkadang secara sengaja dibesar-besarkan. Dalam hal ini jelas sekali bahwa orang percaya telah kehilangan kebenaran penting yang menyangkut persatuan kita dengan Kristus.
Terdapat juga gerakan-gerakan yang mengatakan bahwa baptisan Roh Kudus ditandai dengan berbahasa Roh. Sehingga ada pemaksaan bahwa orang percaya harus berusaha untuk menerima baptisan dengan Roh Kudus, yang menurut mereka akan membawa segala karunia Roh itu. Mereka berkata bahwa tanda seorang telah menerima baptisan dengan Roh Kudus ialah bisa berkata-kata dengan bahasa Roh. Mereka menasehatkan orang, janganlah puas sebelum beroleh “bukti” baptisan itu. Mereka berpendapat karunia Roh ini, terutama bahasa Roh dan karunia menyembuhkan, membuktikan taraf Rohani yang lebih tinggi.[29]
Beberapa pendapat diatas sesungguhnya tidak ada bedanya dengan jemaat yang ada di Korintus. Jemaat Korintus lebih membesarkan golongan mereka masing-masing sehingga mereka berkata bahwa baptisan Roh Kudus tidak dialami oleh semua orang percaya. Baptisan Roh Kudus tidak terjadi ketika orang percaya kepada Kristus. Dengan demikian, bahwa mereka menyimpulkan bahwa Baptisan Roh ditandai dengan berbahasa Roh, sehingga tidak asing bahwa banyak Gereja-gereja yang lebih mementingkan bahasa Roh dan berlomba-lomba untuk memperoleh bahasa Roh. Namun sesungguhnya adalah bahwa tidak ada hubungan Baptisan Roh dengan berbahasa Roh. Ketika orang percaya kepada Yesus, maka sesungguhnya pada saat itulah mereka mengalami Baptisan Roh Kudus. Salah total jika orang berpendapat bahwa ketika orang percaya kepada Kristus, saat itu tidak akan mengalami baptisan Roh Kudus, melainkan hanya sebatas percaya. Baptisan Roh Kudus tidak selamanya ditandai dengan berbahasa Roh, karena bahasa Roh merupakan salah satu Karunia yang kualitasnya tidak lebih besar disbanding karunia lainnya.


BAB IV
KESIMPULAN


Baptisan "dalam satu Roh" (εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν) tidak menunjuk kepada baptisan air ataupun baptisan orang percaya dalam Roh Kudus, seperti yang terjadi pada hari Pentakosta (lih. TB Mr 1:8) Sebaliknya, itu menunjuk kepada tindakan Roh membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus, yang menyatukan mereka ke dalam tubuh itu dan menjadikan mereka satu secara rohani dengan orang percaya lainnya. Ini suatu perubahan rohani (yaitu, pembaharuan/kelahiran kembali) yang terjadi pada waktu pertobatan dan menempatkan orang percaya itu "dalam Kristus".

  
DAFTAR PUSTAKA





[1] Robert G. rayburn. Apa itu Baptisan?. Jakarta: lembaga Reformed Injili Indonesia. 1995. Hlm. 3
[2] Robert G. rayburn. Hlm. 5.
[3] Berkhof Louis. Teologi Sistematika. Jakarta: Lembaga Reformed injili Indonesia. 1997. Hlm. 133.
[4] Ibid. hlm.134.
[5] Ibid. hlm. 15.
[6] Ibid. hlm. 16.
[8] Ibrahim David. Surat 1 Korintus. Jakrta: Mimery Press. 1999. Hlm. 193
[9] Ibid. hlm. 194
[10] Ibid.
[12] Ibid. Hlm. 212
[14]Robert G. rayburn. Op. cit. hlm. 43.
[15] Tafsiran SABDA.
[16] Ensiklopedia Alkitab Masa Kini.
[17] John R.W stott. Baptisan dan ketentuan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1984. Hlm. 23.
[18] Ibid. hlm. 24.
[19] Best, Body, 69;Moule, Origins, 71; Schnackenberg, Baptism, 26.
[20] Cf Acts 20:28; 1 Corinthians 1:2; 1 Thessalonians 1:1; 2 Thessalonians 1:1; Revelation 2:1, 8, 12, 18; 3:1, 7, 14

[21]Terjemahan dari buku: Howard M. Ervin. Baptism in the Holy Spirit.
[22] Sutanto, Hasan.,Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia, (Jakarta: LAI, Cetakan Ketiga, 2006,), hlm. 250
[23] Anonimus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cetakan Kesepuluh, 1999,), hlm. 787
[24]DALAM SATU ROH KITA SEMUA TELAH DIBAPTIS See ID_PENUNTUN_CAT on "1CO 12:13"
[25]Chamblin, J. Knox., Paulus dan Diri Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribadi. Surabaya: Momentum, Cetakan Pertama, 2006. hlm. 227
[26] Ridderbos, Herman.,Paulus Pemikiran Utama Teologinya. Surabaya: Momentum, Cetakan Ketiga, 2013. hlm. 230.
[27]Ibid., hlm. 394
[28] Ryrie, Charles C., Ibid., hlm. 137-138
[29] Baxter, J. Sidlow., Menggali Isi Alkitab 4 Roma – Wahyu. Jakarta: Bina Kasih, Cetakan Keenam, 1992. hlm. 62.

No comments:

Post a Comment

Update Terbaru