EKKSEGESE
DAN KRITIK 1 KORINTUS 12 : 13 PENGGUNAAN KATA εἰςDALAM KALIMAT εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν
(1 KORINTUS 12 :13 BGT) ATAU DI BAPTIS DALAM SATU TUBUH DALAM REFERENSI
BAPTISAN DAN KOMUNITAS GEREJA
A.
Latar
belakang masalah
Doktrin Baptisan
kini banyak diabaikan oleh beberapa Gereja Kristen. Dalam beberapa Gereja,
terjadi penekanan yang melebihi dari arti proporsi sebenarnya. Lebih
menyedihkan lagi, banyak dari gereja-gereja yang mengabaikannya adalah
gereja-gereja yang memiliki keyakinan dan pengakuan iman, yang penulis yakini
sebagai pengajaran Alkitab, dan itu berarti kebenaran tentang baptisan. Suatu
generasi Kristen telah ditelantarkan dengan begitu sedikitnya pengetahuan dari
yang seharusnya alkitab ajarkan tentang pokok ini.[1]
Tetapi dalam makalah ini penulis
tidak akan membahas tentang baptisan dalam arti baptisan dalam konteks baptis
selam atau baptisan yang sering dilakukan oleh gereja-gereja secara umum.
Tetapi penulis akan melihat baptisan berdasarkan I korintus 12 : 13 “Sebab
dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak,
maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi
minum dari satu Roh”. Penggunaan kata εἰς dalam kalimat
εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν (1Co 12:13 BGT)
BAB II
KONSEP BAPTISAN DAN TAFSIRAN 1
KORINTUS 12
A.
POLEMIK
TENTANG BAPTISAN
Tidak
ada doktrin dalam Alkitab yang sedemikian banyak perbedaannya, atau yang
sedemikian disalah mengerti di dalam gereja Kristen, selain doktrin baptisan
air. Tuntutan yang paling ekstrem dan sikap yang paling tidak toleren dilakukan
oleh para penganut baptisan selam. Tentu saja sikap sangat tidak toleren dan
pernyataan keras yang dibuat oleh para penganut baptisan selam ini merupakan
akibat dari pengabaian tuntutan kebenaran dari posisi yang sebanarnya dipegang
oleh orang-orang yang berkeyakinan akan baptis percik. Hampir semua penganut baptisan selam
menekankan bahwa seorang belum benar-benar dibaptiskan kecuali ia telah
dibenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air.[2]
B.
ANALOGI-ANALOGI
BAPTISAN KRISTEN
1.
DALAM
DUNIA ORANG KAFIR. Baptisan bukanlah sesuatu yang
sepenuhnya baru pada jaman Yesus. Orang mesir, Persia dan hindumempunyai cara
penyucian religius mereka masing-masing. Upacara semacam itu menjadi makin
nyata dalam sistem agama dan Yunani dan Romawi. Kadang-kadang bentuknya adalah
pemandian di laut, dan kadang-kadang dipercik air. Kendatipun upa[3] cara penthabisan dalam agama misteri melibatkan keilahian sepeti
kepercayaan mereka, tidak ada jejak baptisan ke dalam nama satu dewa tertentu.
Lebih dari itu , pengertian tentang mati dan bangkit yang dikaitkan oleh Paulus
dalam baptisan tidak sesuai dengan ritual misteri sama sekali.
2.
DI
ANTARA ORANG YAHUDI. Orang Yahudi mempunyai banyak upacara
pentahiran dan pembasuhan, tetapi semua itu tidak mempunyai sifat sacramental,
oleh karena itu bukanlah merupakan lambing dan meterai perjanjian. Apa yang
disebut sebagai baptisan proselit memiliki beberapa kesamaan dengan baptisan
Kristen. Menurut pihak yang berwenang dari kalangan orang Yahudi yang dikutip
oleh Wall dalam History of Infant Baptism,
Baptisan ini harus dilakukan dihadapan dua atau tiga orang saksi.[4]
v Bukti Alkitab Tentang Cara Baptisan
Seperti
telah diketahui bahwa referensi pertama tentang baptisan dalam perjanjian baru
yaitu Matius 3. Di sana ditemukan bahwa Yohanes Pembaptis berkata: “Aku
membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang akan datang
kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasut-Nya. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat 3:11).[5]
Kejadian
lainnya di mana murid-murid menerima Roh Kudus adalah peristiwa pertemuan pada
minggu paskah pertama, ketika Tuhan Yesus yang bangkit pertama kali menampakkan
diri kepada suatu kelompok umat-Nya. Kita membaca bahwa di situ Ia “mengembusi
mereka, dan berkata: “terimalah Roh Kudus” (Yoh 20 : 22). Lebih jauh lagi,
tidak perlu diragukan fakta bahwa terjadi baptisan Roh Kudus kepada orang-orang
percaya di rumah Kornelius yang dicantumkan dalam Kis 10 : 44-47.[6]
C.
LATAR
BELA KANG I
KORINTUS 12:12-31
Jemaat Korintus bukanlah jemaat ideal seperti Efesus atau
Filipi. Justru jemaat ini banyak mengecewakan Paulus. Berbagai dosa ada di
dalamnya (perpecahan, perzinahan, menuntut sesama Kristen di pengadilan, dsb.).
Hampir semua masalah yang timbul dalam jemaat Korintus berhubungan langsung
dengan latar belakang kehidupan kota Korintus. Perzinahan, yang dilakukan
beberapa warga jemaat, jelas masih berhubungan dengan perzinahan sakral yang
dipromosikan para pelacur kuil penyembahan Venus. Demikian pula keasyikan
mencari berbagai karunia masih berhubungan dengan gairah menyombongkan diri
dari warga kota yang mementingkan hikmat itu.[7]
Sekarang tiba waktunya rasul Paulus
berbicara tentang karunia-karunia Roh kudus. Ia ingin menerangkan kepada jemaat
di korintus tentang karunia-karunia Roh Kudus denganterang dan jelas.[8] Dalam ayat 2 dijelaskan
tentang kata ‘belum mengenal Allah’ = kafir = ETHNE biasanya ditujukan kepada
orang-orang yang bukan Yahudi. Tetapi dalam Perjanjian Baru secara khusus
menunjuk kepada orang-orang yang bukan Kristen.[9] Rasul Paulus ingin supaya
mereka tahu, bahwa Roh Kudus tidak akan mengilhamkan hal-hal yang bertentangan
dengan Firman Allah. Roh Kudus akan selalu meninggikan yesus Kristus. Sebab pekerjaan
Roh Kudus adalah mengambil perkara-perkara dari Yesus Kristus.[10]Sebenarnya kurang tepat
mengatakan bahwa karunia-karunia itu adalah hanya berasal dari Roh Kudus. Asal
karunia-karunia Roh adalah dari Allah Tritunggal (satu Roh - ay. 4; satu Tuhan - ay. 4 dan
satu Allah - ay. 6). Bila
demikian, jelas pulalah bagaimana seharusnya kita menghayati karunia-karunia
Roh itu. Seperti halnya asal karunia-karunia itu dari Allah Tritunggal,
demikian pula seharusnya sifat Tritunggal Allah itu dihayati dalam praktek
karunia-karunia Roh. Jelasnya, karunia-karunia Roh dalam jemaat seharusnya
menyebabkan jemaat esa dalam keberbagaian. Allah itu Esa, namun ada dalam Tiga
Oknum, Demikian juga Gereja adalah Tubuh Kristus, esa, namun kaya dalam
keberbagaian karunia. Karena itu, tujuan akhir dan semangat dasar dari
pencarian dan pelaksanaan karunia-karunia adalah "untuk kepentingan
bersama". Paulus menggunakan empat istilah untuk menyingkapkan hakekat
karunia-karunia Roh. Karunia-karunia Roh, pertama sekali harus dilihat sebagai
karunia, bukan sebagai kebolehan pribadi yang dapat dijadikan alasan untuk
menonjolkan diri. Allah, Pemberi karunia itulah yang harus diagungkan,
dibanggakan dan dimuliakan. Kedua, karunia adalah pelayanan. Pemberian karunia
bukan dengan fokus kepentingan si penerima karunia. Karunia diberikan dengan
fokus kepentingan orang lain. Penerima karunia adalah alat penyalur berkat
Allah kepada orang lain, Ketiga, karunia adalah perbuatan ajaib. Keajaiban
Allahlah yang menyebabkan pelayanan kita menghasilkan buah Injil, perubahan
hidup, dlsb. Dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan ajaib ini, tidak selalu
Allah akan membangkitkan kemampuan-kemampuan baru dan mem-by-pass
kemampuan-kemampuan alami kita. Bisa juga Allah memberi efektivitas baru, mutu
dan dampak baru pada kapasitas natural kita yang notabene dari Dia juga
asalnya. Keempat, karunia-karunia Roh adalah "penyataan" Roh yang
dalam kebersamaan menyebabkan kita lebih jelas menghayati realita Allah dan
kemuliaan-Nya.[11]
Rasul Paulus kembali
menggunakan tubuh manusia untuk menggambarkan kesatuan dan persekutuan di dalam
anggota-anggota tubuh kristus, yaitu gereja. Tubuh meskipun banyak anggota dan
berbeda fungsi tetapi satu. Tubuh manusia adalah ciptaan Allah yang saling
bekerja sama dengan sempurna, sehingga tidak ada yang tidak diperlukan.[12]Kesatuan Kristen adalah salah satu mujizat terbesar yang
Allah buat dalam dunia ini setiap hari! Tidak peduli dari latar belakang agama
(Yahudi dan non-Yahudi) dan sosial (merdeka dan budak) macam apa pun kita
berasal, kita adalah satu. Satu tubuh dikarenakan satu Tuhan dan satu Roh.
Keesaan gereja yang bersumber pada ke-Esa-an Allah ini lebih jelas dibeberkan
dalam Efesus 4:4-6.
Satu Tuhan, satu Roh dan satu Bapa, sumber dari
kesatuan penghayatan Kristen kita; satu panggilan, satu iman, satu baptisan dan
satu pengharapan. Kesatuan itu dihayati Kristen melalui dua pengalaman yaitu
baptisan dan perjamuan kudus. Baptisan Roh karena itu, bukan pengalaman kedua
seperti yang diajarkan Gerakan Karismatik, tetapi pengalaman dasar kekristenan
kita. Itulah baptisan Roh yang menjadikan seseorang bagian dari Tubuh Kristus.
Di Efesus karya Roh Kudus ini dijelaskan dengan dua aspek yaitu: meterai Roh
dan jaminan Roh. Bagaimana pun kita mengartikan keduanya, jelas keduanya
berhubungan dengan peristiwa keselamatan kita di dalam Kristus.Kalau
diperhatikan baik-baik bagian ini ditandai oleh silih ganti permainan kata
antara satu dan banyak. Keduanya harus dihayati selaras, bila tidak akan timbul
bahaya. Pertama "inferioritas" rohani menyebabkan seseorang
memisahkan diri dari tubuh Kristus karena menjadikan keadaan rohani orang lain
menjadi ukuran bagi dirinya. Kedua, "superioritas" rohani menyebabkan
sementara pihak menjadikan dirinya ukuran bagi pengalaman dan keadaan rohani
orang lain dan meremehkan mereka. Keduanya tidak benar. Keduanya akan
menghancurkan kesatuan Kristen kita. Dalam kasus pertama (15-20) terjadi
kecenderungan untuk merubah kesatuan menjadi keseragaman. Akibatnya, hilanglah
fungsi keseluruhan tubuh Kristus. Dalam kasus kedua terjadi kecenderungan
perpecahan. Dalam tubuh kita ketahui bahwa organ yang bertumbuh melampaui batas
menjadi tumor atau daging lebih yang merusak dan mengancam kehidupan kebersamaan.Dari
pembicaraan tentang karunia-karunia, Paulus pindah ke soal jabatan-jabatan.
Rasul ialah saksi mate kebangkitan Kristus, penerima wahyu. Nabi ialah mulut
Allah, penerima wahyu. Keduanya merupakan jabatan yang disebut Paulus sebagai
"fondasi" gereja (Efs. 2:20).
Dalam arti lebih luas, rasul dapat diartikan sebagai perintis dalam pekerjaan
misi dan nabi ialah penyampai kata-kata yang "membangun, menasihati dan
menghibur" (1 Kor 14:3).
Pengajar dalam Efesus 4:11,
dikaitkan dengan gembala-gembala. Dalam terang Matius
28:18-20 seharusnya penginjilan, penggembalaan, dan pengajaran dilihat dalam
satu garis sinambung. Ada pula mereka yang dikaruniai jabatan melayani, yaitu
mengurus soal-soal praktis dalam pelayanan. Pekerjaan Tuhan dapat berjalan
dengan baik bila diatur oleh orang yang memimpin.Dari pembahasan sejauh ini
jelaslah bahwa karunia-karunia yang kita terima dari Allah berbeda pada
masing-masing individu. Keberbagaian itu terpulang pada kedaulatan Allah dan
pada kekhususan masing-masing kita dalam rencana-Nya. Dua hal ini menyebabkan
tubuh Kristus dapat berfungsi penuh. Tanpa adanya perbedaan karunia dan fungsi
pelayanan, tidak mungkin terjadi keesaan yang harmonis, kreatif, indah, dan
kaya.[13]
BAB
III
EKKSEGESE
DAN KRITIK 1 KORINTUS 12 : 13 PENGGUNAAN KATA εἰςDALAM KALIMAT εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν(1
KORINTUS 12 :13 BGT) ATAU DI BAPTIS DALAM SATU TUBUH DALAM REFERENSI BAPTISAN
DAN KOMUNITAS GEREJA
A.
TAFSIRAN
1 KORINTUS 12 : 13
Jika
diakui bahwa keselamatan hanya oleh iman, tanpa ordinasi, maka jelas bagi
penulis bahwa baptisan dalam bagian-bagian ayat ini tidak menunjukkan kepada
baptisan air, tetapi lebih ke baptisan Roh Kudus, karena seperti perkataan
Paulus: “sebab dalam satu Roh kita semua telah dibaptis ke dalam satu tubuh” (1
kor 12:13).[14]
Baptisan "dalam satu Roh" tidak menunjuk kepada baptisan air ataupun
baptisan orang percaya dalam Roh Kudus, seperti yang terjadi pada hari
Pentakosta. Sebaliknya, itu menunjuk kepada tindakan Roh membaptis orang
percaya ke dalam tubuh Kristus, yang menyatukan mereka ke dalam tubuh itu dan
menjadikan mereka satu secara rohani dengan orang percaya lainnya. Ini suatu
perubahan rohani (yaitu, pembaharuan/kelahiran kembali) yang terjadi pada waktu
pertobatan dan menempatkan orang percaya itu "dalam Kristus".[15]
Untuk
mengerti jelas doktrin baptisan, maka baptisan harus dilihat sebagai bagian yg
tidak terpisahkan dari satu-satunya rencana penyelamatan Ilahi. Justru baptisan
harus ditempatkan lebih dahulu dalam kerangka perjanjian. Dalam hubungan itu
terlihat bagaimana PB mendapati dalam baptisan kesejajaran yg hakiki dengan
ke-3 perjanjian agung dalam PL.[16]
Apa
yang langsung menarik dalam ayat ini ialah pengulangan yang dengan tekanan dari
kata ‘semua’ (semua. . . telah
dibaptis, semua diberi minum) dan
pengulangan yang sama diberi tekanan dari kata ‘satu’ (‘dalam satu Roh’, ‘menjadi satu tuuh’, ‘dari satu Roh’) yang dengan sengaja
diperbedakan. Hal ini sesuai dengan hubugannya. Apa yang dilakukan sanga rasul
dalam 1 Korintus 12 ialah untuk menekankan pada awal pasal itu kesatuan Roh, pemberian karunia-karunia
rohani, sebelum ia melanjutkan dalam bagian kedua dari pasal itu menguraikan keanekaragaman karunia-karunia itu.[17]
Tiga
kali dalam bagian pertama pasal itu ia menulis (secara harafia) tentang satu
Roh (ay 4, 13a dan b), dua kali tentang ‘Roh yang sama’ (ay 8a, 9a) dan satu
kali tentang ‘Roh yang satu dan yang sama’ (ay 11). Inilah yang ditekankannya.
Puncaknya dicapai diayat 13, ‘sebab dalam satu Roh kita semua. . . telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh’. Jadi
baptisan Roh di dalam ayat ini, sama sekali bukan suatu faktor yang memisahkan
(dalam arti beberapa orang menerimanya, yang lain tidak), tapi suatu faktor
yang menyatukan (suatu pengalaman yang kita semua memilikinya).[18]
B. EKSEGESE
PENGGUNAAN KATA εἰςDALAM
KALIMAT εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν(1 KORINTUS 12 :13)
Keanehan
gramatikal lain terjadi dalam 1 Korintus 12:13 dimana Paulus berbicara tentang
dibaptis oleh satu Roh menjadi satu tubuh . Eis memiliki bentuk ‘akusatif’untuk
membentuk satu tubuh . Hal ini dimengerti sebagai menjadi satu tubuh. Karena
itu, dimengerti bahwa gereja tidak akan pernah ada sampai anggota terakhir
telah dimasukkan ke dalamnya untuk membuat tubuh lengkap.[19]
Jelas ini sangat masuk akal, karena gereja tidak hanya dilihat ada, namun
dinyatakan ada, dalam tulisan suci .[20]
Penyebutan
baptisan Roh , baptisan yang membentuk satu tubuh , adalah hasil dari sebuah
argumen di mana Paulus menyamakan jemaat Korintus kepada masyarakat perjanjian
lama . Dosa-dosa jemaat korintus memiliki kesamaan dengan dosa-dosa di mana
Israel jatuh ke dalam dosa pada saat itu . Baptisan yang dilakukanMusa adalah
jenis baptisan Roh Kudus untuk membentuk satu tubuh di dalam Yesus Kristus.
Dengan kata lain, pasal 12 secara hakiki berhubungan dengan 1 Korintus 10
dengan pernyataan nya bahwa para anggota perjanjian lama dibaptis secara utuh
oleh Musa. Ini berhubungan dengan Israel , bukan sebagai individu , tetapi
sebagai komunitas perjanjian yang ditunjuk . Dalam momen bersejarah keselamatan
bangsa menerima Musa sebagai kepala perwakilan , dan dibaptis. Setiap generasi
berikutnya dari orang-orang Yahudi , dan masing-masing individu dalam
generasi-generasi , melihat diri mereka sebagai benar-benar kesatuan dalam
tindakan keselamatan , dan karena itu bisa mengatakannya sebagai baptisan
mereka ke Musa . Ini adalah kiasan dari baptisan ini merupakan sejarah umat
Allah yang telah terjadi untuk membawa umat Kristen menjadi ada , dan untuk itu
bahwa Paulus mengacu ketika ia mengatakan : " Tubuh adalah unit , meskipun
terdiri dari banyak bagian ; dan meskipun semua bagian yang banyak mereka
membentuk satu tubuh . Begitu pula dengan Kristus . Untuk kita semua dibaptis
oleh satu Roh menjadi satu tubuh , baik orang Yahudi atau orang Yunani, budak
atau orang merdeka - dan kita semua diberi satu semangat untuk minum ' ( 1 Kor
. 12:13 ).[21]
a. Analisa
kata εἰςdalam 1 Korintus 12:13
Penulis akan mencoba melihat
tentang penggunaan kata εἰς dalam
Interlinier Perjanjian Baru Jilid 2, kata “εἰς” (heis)
dipakai sebanyak 345 kali. Khusus dalam 1 Korintus 12:13 kata “eis” ini dipakai
sebanyak 3 kali, diantaranya:[22]
§ Sebab dalam satu Roh kita semua
§ elah dibaptis menjadi satu tubuh
§ Kita semua diberi minum dari satu Roh
Kata εἰς
merupakan kata preposition akusative , preposisi = kata yang biasa terdapat
didepan nomina (mis: dari, dengan, di,
dan ke), sedangkan akusatif = kasus
yang menunjukkan fungsi sebagai objek langsung atau objek berpreposisi dalam
kalimat.[23]
Baptisan "dalam
satu Roh" (εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν) tidak menunjuk kepada
baptisan air ataupun baptisan orang percaya dalam Roh Kudus, seperti yang
terjadi pada hari Pentakosta (lih. TB Mr 1:8) Sebaliknya, itu menunjuk kepada
tindakan Roh membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus, yang menyatukan
mereka ke dalam tubuh itu dan menjadikan mereka satu secara rohani dengan orang
percaya lainnya. Ini suatu perubahan rohani (yaitu, pembaharuan/kelahiran
kembali) yang terjadi pada waktu pertobatan dan menempatkan orang percaya itu
"dalam Kristus".[24]
Oleh karena itu dapat diartikan bahwa, εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν“Di Baptis dalam satu Tubuh”, mengandung arti bahwa
setiap orang percaya selaku gereja menerima baptisan yang sama ketika percaya
kepada Yesus Kristus, yaitu baptisan dari atau dengan Yesus Kristus, dan baptisan
tersebut secara langsung dilakukan oleh objeknya (Yesus Kristus). Hal ini
sesuai dengan J. Knox Chamblin, yaitu bagi Paulus kesatuan orang percaya dalam
Kristus bukan tujuan melainkan fakta: “kita semua telah dibaptiskan dengan satu
Roh kedalam satu tubuh” (1 Kor. 12:13).[25]
Di Baptis dalam satu Tubuh pertama-tama bukan
merupakan perkara pribadi, melainkan ekklesiologis. Ini merupakan akibat dari
baptisan Roh Kudus. Kita yang dibaptis disatukan dengan Kristus oleh baptisan
dan dibaptis kedalam tubuhNya, juga dibaptis kedalam Roh Kudus yang memenuhi
Tubuh Kristus. Siapa yang terikat dengan Kristus menjadi satu Roh denganNya,
karena disana terdapat satu tubuh dan satu Roh. Jadi menjadi bagian dalam tubuh Kristus berrti menjadi bagian dalam
satu Roh. Dalam hal ini bukan Roh yang pertama menyatakan diri kepada orang
percaya, menyatukan mereka, dan dengan itu membentuk tubuh Kristus. Ini berarti
bahwa jemaat menjadi bagian dalam Kristus setelah menjadi bagian dalam Roh,
padahal mereka justru mendapat bagian saat mereka disatukan dengan Kristus
sebagai Adam kedua. Urutan-urutan diatas sesungguhnya adalah terbalik. Urutan
yang benar adalah bahwa mereka yang karena ikatan Roh telah disatukan dengan
Kristus sebagai Adam kedua, telah mati dan dikuburkan denganNya, dapat
memandang diri mereka telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah, dan dapat pula
memandang diri mereka berada dalam Roh.[26]
Di Baptis dalam satu tubuh adalah bukan Roh
yang meyatukan tubuh melalui sarana baptisan, melainkan penyatuan oleh baptisan
berarti dibaptiskan dengan Roh Kristus. Roh dalam hal ini bukan dimaksudkan
sebagai perancang tubuh, melainkan sebagai Anugrah yang didalamnya kita semua
mendapat bagian karena kita adalah bagian didalam satu tubuh Kritus.[27]
C. KRITIK
PENGGUNAAN KATA EIS DALAM KALIMAT EIS EN SOMA ENBAPTISTHEMEN (1 KORINTUS
12 :13)
Dari setiap penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat
terlihat jelas bahwa konsep baptisan yang dimaksud oleh rasul paulus dalam I
Korintaus 12 : 13 tidak menunjukkan baptisan dalam arti baptisan yang dilakukan
oleh gereja-gereja pada umumnya. Tetapi ada beberapa yang menjadi kelemahan dan
kritikan terhadap penjelasan konsep baptisan dalam I Korintus 12 : 13 tentang
penggunaan kata εἰςDALAM
KALIMAT εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν.
Yang menjadi kritikan yang penulis ambil dari
buku Charles C. Ryrie dalam bukunya “Teologi Dasar 2”, mengatakan bahwa
penyebab terjadinya kebingungan adalah sebagai berikut:[28]
Berhubungan dengan pengertian yang kabur tentang Tubuh Kristus.
Jika seorang percaya bahwa gereja dimulai dengan Abraham atau Yohanes
Pembaptis, maka mungkin sekali akan lebih sukar untuk mengetahui kekhususan
pelayanan baptisan yang dilakukan Roh Kudus dalam zaman ini. Karena itu
Baptisan disamakan artinya dengan pengalaman pertobatan. Tetapi, jika seseorang
mengakui gereja sebagai karya Allah yang dimulai pada Pantekosta, maka
pentingnya orang-orang percaya dibaptis Roh Kudus ke dalam Tubuh Kristus akan
menjadi jelas.
Penekanan yang terlalu kuat dalam Baptisan air, terutama sekali
dengan penyelaman, sering sekali mengaburkan atau bahkan menghapuskan doktrin
tentang Baptisan Roh Kudus. Jikalau kedua kebenaran itu tidak dibedakan,
biasanya kebenaran tentang Baptisan Roh Kudus dihilangkan, maka hal itu mudah
sekali dianggap sebagai suatu cara lain untuk mengatakan baptisan air.
Asosiasi aliran Pantekosta masa kini mengenai Baptisan Roh Kudus
dengan berkat kedua (second blessing)
atau dengan pengalaman berbahasa lidah sebagai bukti bahwa seseorang telah
dibaptiskan menambah kebingungan tersebut. Terkadang baptisan Roh Kudus dan
kepenuhan Roh Kudus tidak dibedakan, karena “kepenuhan baptisan” terjadi
sebagai akibat pertobatan dan tidak untuk semua orang percaya.
Pandangan Baptisan Roh Kudus diatas justru
semakin dikaburkan dengan pendapat dari R.A. Torrey yang mengajarkan bahwa
seseorang tidak dapat dibaptis dengan Roh Kudus pada waktu ia percaya dan
diselamatkan. Beliau menceritakan bahwa baptisan Roh Kudus yang dialaminya adalah
suatu hal yang terjadi sesudah pertobatan. Pada zaman ini bahwa ketidakjelasan
seperti ini terkadang secara sengaja dibesar-besarkan. Dalam hal ini jelas
sekali bahwa orang percaya telah kehilangan kebenaran penting yang menyangkut
persatuan kita dengan Kristus.
Terdapat juga gerakan-gerakan yang mengatakan bahwa baptisan Roh
Kudus ditandai dengan berbahasa Roh. Sehingga ada pemaksaan bahwa orang percaya
harus berusaha untuk menerima baptisan dengan Roh Kudus, yang menurut mereka
akan membawa segala karunia Roh itu. Mereka berkata bahwa tanda seorang telah
menerima baptisan dengan Roh Kudus ialah bisa berkata-kata dengan bahasa Roh.
Mereka menasehatkan orang, janganlah puas sebelum beroleh “bukti” baptisan itu.
Mereka berpendapat karunia Roh ini, terutama bahasa Roh dan karunia
menyembuhkan, membuktikan taraf Rohani yang lebih tinggi.[29]
Beberapa pendapat diatas sesungguhnya tidak ada bedanya dengan
jemaat yang ada di Korintus. Jemaat Korintus lebih membesarkan golongan mereka
masing-masing sehingga mereka berkata bahwa baptisan Roh Kudus tidak dialami
oleh semua orang percaya. Baptisan Roh Kudus tidak terjadi ketika orang percaya
kepada Kristus. Dengan demikian, bahwa mereka menyimpulkan bahwa Baptisan Roh
ditandai dengan berbahasa Roh, sehingga tidak asing bahwa banyak Gereja-gereja
yang lebih mementingkan bahasa Roh dan berlomba-lomba untuk memperoleh bahasa
Roh. Namun sesungguhnya adalah bahwa tidak ada hubungan Baptisan Roh dengan
berbahasa Roh. Ketika orang percaya kepada Yesus, maka sesungguhnya pada saat
itulah mereka mengalami Baptisan Roh Kudus. Salah total jika orang berpendapat
bahwa ketika orang percaya kepada Kristus, saat itu tidak akan mengalami
baptisan Roh Kudus, melainkan hanya sebatas percaya. Baptisan Roh Kudus tidak
selamanya ditandai dengan berbahasa Roh, karena bahasa Roh merupakan salah satu
Karunia yang kualitasnya tidak lebih besar disbanding karunia lainnya.
BAB IV
KESIMPULAN
Baptisan "dalam
satu Roh" (εἰς ἓν σῶμα ἐβαπτίσθημεν) tidak menunjuk kepada
baptisan air ataupun baptisan orang percaya dalam Roh Kudus, seperti yang
terjadi pada hari Pentakosta (lih. TB Mr 1:8) Sebaliknya, itu menunjuk kepada
tindakan Roh membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus, yang menyatukan
mereka ke dalam tubuh itu dan menjadikan mereka satu secara rohani dengan orang
percaya lainnya. Ini suatu perubahan rohani (yaitu, pembaharuan/kelahiran
kembali) yang terjadi pada waktu pertobatan dan menempatkan orang percaya itu
"dalam Kristus".
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Robert G. rayburn. Apa itu Baptisan?. Jakarta:
lembaga Reformed Injili Indonesia. 1995. Hlm. 3
[2]
Robert G. rayburn. Hlm. 5.
[3]
Berkhof Louis. Teologi Sistematika. Jakarta:
Lembaga Reformed injili Indonesia. 1997. Hlm. 133.
[4]
Ibid. hlm.134.
[5]
Ibid. hlm. 15.
[6]
Ibid. hlm. 16.
[8]
Ibrahim David. Surat 1 Korintus. Jakrta:
Mimery Press. 1999. Hlm. 193
[9]
Ibid. hlm. 194
[10]
Ibid.
[12]
Ibid. Hlm. 212
[14]Robert
G. rayburn. Op. cit. hlm. 43.
[15]
Tafsiran SABDA.
[16]
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini.
[17]
John R.W stott. Baptisan dan ketentuan. Jakarta:
BPK Gunung Mulia. 1984. Hlm. 23.
[18]
Ibid. hlm. 24.
[19]
Best, Body, 69;Moule, Origins, 71; Schnackenberg, Baptism, 26.
[20]
Cf Acts 20:28; 1 Corinthians 1:2; 1 Thessalonians 1:1; 2 Thessalonians 1:1;
Revelation 2:1, 8, 12, 18; 3:1, 7, 14
[21]Terjemahan
dari buku: Howard M. Ervin. Baptism in
the Holy Spirit.
[22] Sutanto, Hasan.,Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia, (Jakarta: LAI,
Cetakan Ketiga, 2006,), hlm. 250
[23] Anonimus, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cetakan Kesepuluh, 1999,),
hlm. 787
[24]DALAM
SATU ROH KITA SEMUA TELAH DIBAPTIS See ID_PENUNTUN_CAT on "1CO 12:13"
[25]Chamblin, J. Knox., Paulus dan Diri Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribadi. Surabaya:
Momentum, Cetakan Pertama, 2006. hlm. 227
[26] Ridderbos, Herman.,Paulus Pemikiran Utama Teologinya. Surabaya: Momentum, Cetakan
Ketiga, 2013. hlm. 230.
[27]Ibid., hlm. 394
[28] Ryrie, Charles C., Ibid., hlm. 137-138
[29] Baxter, J. Sidlow., Menggali Isi Alkitab 4 Roma – Wahyu. Jakarta: Bina Kasih, Cetakan
Keenam, 1992. hlm. 62.
No comments:
Post a Comment